Pola laga yang dimainkan skuad Garuda akan terbaca oleh juru taktik Arab Saudi...Pola serangan yang monoton menjadi musuh dalam selimut bagi skuad Garuda.
Jakarta (ANTARA News) - Hehehe...mereka mau melawan kita?, kata seorang berkostum Arab Saudi kepada dua sohibnya seraya menunjuk ke arah tiga sosok berkostum merah dengan lambang Garuda.
Orang ketiga di kubu skuad Elang Padang Pasir (The Green Falcon) itu menyimpangkan kedua tangan di dada seraya mengiyakan dengan menyatakan, iyaa...mereka mau melawan kita?
Dia yang kali pertama mengawali kesangsian beraura ejekan membuka mulut dan meminta persetujuan dari dua rekannya. Tidak ingin keok dalam duel kata-kata, lantas tiga sosok berkostum Garuda memajukan tangan dan merapatkan barisan dengan sorot mata kepada tiga orang seterunya. Skuad Garuda menantang.
Di hadapan keenam sosok kartun yang termuat dalam sebuah tabloid sepak bola itu terpampang papan bertuliskan Kualifikasi Piala Asia 2015, Gelora Bung Karno (GBK), 23 Maret 2013. Indonesia versus Arab Saudi.
Drama adu gertak berlanggam kartun bola yang melukiskan duel antara Indonesia melawan Arab Saudi itu belum paripurna. Penggal kedua dari kartun bola itu justru memuat intisari pesan bahwa ada pemain kedua belas yang siap memberi "mukjizat".
Berbadan besar, berkostum merah dengan tulisan "penonton GBK, pemain ke-12" berada di belakang lima sosok berkostum Garuda.
Merasa ada mukjizat yang akan menyuntikkan semangat timnas Indonesia, sontak pemain berkostum merah yang mulanya digertak "hehehe...mereka mau melawan kita?", kini ganti menggebah dengan menyeru, "serbuuu!!!"
Reaksi ketiga punggawa timnas Arab Saudi terkaget-kaget setelah mendengar kata "serbu" dari kubu Garuda. Sosok terdepan dari kubu Elang Padang Pasir yang mulanya berkata dengan dada membusung kemudian mengajak kedua rekannya segera ngacir. Mukjizat kata "serbuuu" dari penonton GBK pada laga Sabtu malam.
Kartun berlabel duel Indonesia versus Arab Saudi di GBK itu hendak memampatkan gagasan bahwa mukjizat kata "serbuuu" bakal mengharubiru pasukan asuhan pelatih asal Spanyol, Juan Ramos Lopez Caro.
Apakah timnas Indonesia di bawah duet pelatih Rahmad Darmawan dan Jacksen Fereira Tiago mampu mengharubiru timnas Arab Saudi yang diarsiteki oleh Juan Caro?
Jawabnya, mukjizat! Ya, mukjizat. Menanti mukjizat dalam 90 menit laga yang digelar di stadion utama GBK. Sebagai altar harapan bagi kedua tim yang bersengketa, gemuruh dukungan ribuan suporter yang mencintai timnas Indonesia bersatupadu dalam paduan suara, "kuyakin, hari ini pasti menang".
Sorak-sorai ribuan suporter berkostum merah berhias gambar Garuda di dada kiri memohon mukjizat dari sang Dewi Fortuna agar ada drama sukacita pada Sabtu malam.
Aneka spanduk bertuliskan "Forza Indonesia" membentang di tribun kelas penonton kelas tiga. Ribuan suporter pecinta Garuda ingin terus mengulang-ulang salah satu bait dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya, "...hiduplah Indonesia Raya".
Tersedia euphoria Garuda di GBK di meja optimisme, kalau memang tim asuhan Rahmad Darmawan punya asa mendulang poin kemenangan dari tim asuhan Lopez Caro yang nota bene punya curiculum mentereng.
Pelatih asal Spanyol itu pernah menyabet sederet penghargaan sebagai pelatih terbaik Sevilla 1997, pelatih terbaik Melila 1999, pelatih terbaik Malorca 2000/01, Golden Puma Award 2004/05.
Segudang pengalaman meracik strategi di katulistiwa sepak bola dunia Spanyol menjadi sebuah bangunan kokoh bernama timnas Arab Saudi.
Disebut-sebut pasukan Lopez Caro punya seabrek kreativitas dalam melakukan aksi gedor ke lini pertahanan lawan dengan mengandalkan penetrasi dari gelandang-gelandang cekatan. Bakal banyak umpan teroboson menusuk jantung pertahanan Garuda.
Arab Saudi berharap dari tuah skema 4-2-3-1, dengan dua kredo. Pertama, umpan crossing ketika menyerang lawan. Kedua, inisiatif serangan berawal dan bertumpu dari sisi sayap dilengkapi dengan para penyerang yang ekstra cepat melesat untuk merangsek pertahanan Indonesia.
Kalau saja sebuah taktik dapat diibaratkan sebagai makna maka taktik sebagai sebuah "kebenaran" tidak bergantung kepada waktu, tempat atau justru orang tertentu.
Maksudnya, racikan taktik khas Lopez Caro banyak berhitung dengan waktu dan tempat laga itu digelar, yakni SU GBK dengan euphoria ribuan penonton yang mendukung timnas Indonesia.
Pelatih Arab Saudi itu menulis kelak di atas kertas strateginya bahwa 15 menit pertama akan mencoba bermain di lini tengah dengan sesekali menusuk pertahanan Indonesia.
Satu, dua, tiga kali serbuan mengarah dari sisi sayap kanan dan sisi kiri, maka Caro mampu merumuskan racikan mukjizat untuk memenangi laga.
Limabelas menit ke depan sampai guliran 90 menit laga berlangsung, Arab Saudi mengandalkan variasi serangan dari kedua sisi pertahanan tim Garuda.
Sebagai entrenador yang fasih dengan gramatika bola, maka Lopez Caro berpegang kepada kredo bahwa konsep waktu kekinian (the present tense) merupakan tata bahasa yang paling dapat mewakili kandungan kebenaran dalam suatu kalimat.
Artinya, pola laga yang dimainkan skuad Garuda akan terbaca oleh juru taktik Arab Saudi. Apakah memang timnas Indonesia bakal menyerang dengan pola yang itu-itu saja yang mudah dibaca lawan? Ini yang menjadi tanda tanya besar. Pola serangan yang monoton menjadi musuh dalam selimut bagi skuad Garuda.
Menjawab pertanyaan sarat keraguan itu, RD -panggilan akrab Rahmad Darmawan- terus memompa semangat pemain dengan memberi gambaran bahwa sesuatu yang tak mungkin bisa saja terjadi berbekal kemauan keras, kerja pantang menyerah, dan tak minder.
"Mereka (para pemain) akan selalu terangsang untuk memberikan yang terbaik. Ini partai yang sangat krusial dan menjadi pertaruhan hidup mati, apakah kita akan lolos dari grup ini atau tidak," ujar RD.
Itu mukjizat bola yang dilafalkan oleh RD. Ia membaca bahwa para pemain Arab Saudi berpostur di atas rata-rata pemain Indonesia. Implikasinya, para pemain Indonesia perlu mengantisipasi umpan lambung dan bola-bola mati lawan.
"Bagaimana para pemain membaca skema bola-bola mati dan kedua, bagaimana kita (dapat) menahan gempuran dari lini kedua. Dalam beberapa situasi, justru set piece mereka yang sangat berbahaya," katanya.
Mukjizat juga dilafalkan oleh Jacksen F Tiago. Dalam sebuah wawancara dengan sebuah tabloid bola, ia menyatakan, "Indonesia pernah menahan Arab Saudi, skor 0-0, pada uji coba tahun lalu di Malaysia. Itu tak bisa menjadi jaminan. Skor itu sudah menjadi sejarah. bagus untuk ditaruh di museum atau dibaca. Sekarang kami harus menciptakan sejarah".
Sosok Elang Padang Pasir menakutkan bagi tim Merah Putih, dengan rekor sepuluh kemenangan atas skuad Garuda, dari 11 kali perjumpaan. Indonesia hanya sekali menahan imbang Arab, yakni saat kedua tim bermain 0-0 dalam laga persahabatan di Stadion Shah Alam, Selangor, Malaysia, pada 2011.
Tinggal sekarang menanti mukjizat di GBK untuk memompa semangat Firman Utina, Boaz Solossa, Ahmad Bustomi, Ponaryo Astaman dan kawan-kawan.
"Yang jadi penekanan kami, pemain harus bisa bertanggung jawab. Mereka harus bisa menguasai dan menjaga bola selama mungkin," kata pelatih Arema Indonesia tersebut. Inilah mukjizat kedua dari duet pelatih timnas Indonesia.
Mungkinkah mukjizat dalam sepak bola? Jepang pernah dilanda eforia, Jumat (27/07/2012), dengan mencuri kemenangan timnas sepak bola mereka atas tim favorit Spanyol 1-0 pada laga perdana babak penyisihan Olimpiade London 2012.
Hasil laga itu dipandang sebagai salah satu hasil paling mengejutkan dalam sejarah sepak bola Olimpiade, yang disebut media Jepang dengan istilah "Mukjizat di Glasgow".
Sebutan itu mengacu pada lokasi stadion tempat laga tersebut digelar, yakni di Stadion Hampden Park, Glasgow, Skotlandia. Istilah "Mukjizat di Glasgow" mengingatkan memori atas kemenangan timnas Jepang atas Brasil pada Olimpiade Atlanta 1996, yang saat itu diistilahkan dengan "Mukjizat di Miami".
Apakah Sabtu malam nanti akan ada mukjizat SU GBK? Tinggal sekarang bagaimana gertakan "serbuu" dari ribuan penonton didukung oleh PSSI dengan menyediakan loket pembelian tiket yang mudah terjangkau oleh penonton.
Jangan membuat ribuan suporter Indonesia merasa galau hanya karena distribusi tiket yang amburadul. Ini mukjizat ketiga di SU GBK.
Panitia pertandingan Pra Piala Asia (PPA) 2015 Grup C antara Indonesia melawan Arab Saudi menyiapkan 75 ribu lembar tiket dengan beberapa kategori harga. Hanya saja 6.000 tiket khusus disiapkan untuk undangan. Adakah ini memang menjadi mukjizat keempat di SU GBK? Yang nonton gratis, dilarang bersorak "serbuu...."
(A024)
Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013