"Ekspor kopi bulan lalu volumenya hanya 62,177 ton senilai 593.134 dolar," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Provinsi Lampung Ratna Dewi di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan, pemasaran kopi dalam kemasan Lampung masih cukup bagus mengingat daerah ini merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia.
Ia juga berkeyakinan ekspor kopi instan akan meningkat seiring minat pembeli dari luar negeri cukup tinggi..
Menurutnya, meski tidak sebanyak biji kopi, ekspor kopi instan Lampung masih terus berlangsung.
"Eskpor kopi dalam kemasan masih tetap berlangsung meski tidak sebanyak penjualan di dalam negeri," jelas dia pula.
Ratna mengatakan lebih lanjut nilai maupun volume ekspor kopi Lampung, masih fluktuatif tergantung permintaan serta kontrak perjanjian yang telah dibuat antara pengekspor dengan pembeli.
Prospek pasar komoditas kopi Lampung tetap cerah dan promosi ke beberapa negara terus dilakukan, katanya.
Pangsa pasar kopi instan Lampung ke sejumlah negara seperti Singapura dan Vietnam serta sejumlah negara lain di dunia.
Sentra produksi industri komoditas kopi instan Lampung terdapat di Kota Bandarlampung. Daerah ini memiliki kapasitas produksi kopi instan rata-rata 6.000 hingga 10.000 ton pertahun.
Sementara itu, pedagang kopi bubuk di Bandarlampung, Provinsi Lampung, menyebutkan volume penjualan komoditas itu sejak pekan lalu hingga sekarang cenderung meningkat, mengingat mutunya tergolong baik.
Yanto, pedagang kopi bubuk di Pasar Tugu Bandarlampung mengatakan, dalam sehari mampu menjual 40 kg kopi bubuk, padahal sebelumnya hanya berkisar 30 kg.
Luas areal tanaman kopi di Lampung mencapai 163.837 hektare dengan produksi kopi mencapai sekitar 140 ribu ton/tahun.
Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013