Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria memberi pesan kepada para wartawan untuk membangun kebiasaan menulis.
"Menulis itu harus menjadi semacam kebiasaan dan kalau bisa itu dikumpulkan karena catatan-catatan itu penting," kata Nezar usai bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami: Cara Lain Menarasikan Aceh" di Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, Jakarta, Jumat.
"Menulis itu harus menjadi semacam kebiasaan dan kalau bisa itu dikumpulkan karena catatan-catatan itu penting," kata Nezar usai bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami: Cara Lain Menarasikan Aceh" di Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, Jakarta, Jumat.
Menurut mantan wartawan Majalah Berita Mingguan Tempo ini, berita-berita yang pernah dipublikasikan harus dikumpulkan.
Nezar menganalogikan karya jurnalistik adalah draf pertama dari sejarah. "Apa yang Anda tulis itu direkam. Apalagi sekarang ada jejak digital," ujarnya.
Baca juga: Wamen Kominfo: Buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" untuk milenial
Ia menambahkan berita yang pernah dipublikasikan itu memiliki rekam jejak digital sehingga dapat diakses kapan saja dan di manapun.
Nezar juga mengatakan berita yang pernah dipublikasikan 10 tahun yang lalu dapat diakses kembali. "Dia seperti draf pertama dari sejarah," ucap Nezar.
Oleh karena itu, Wamenkominfo mengingatkan wartawan untuk menulis berita mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik yang benar. Tidak hanya itu, wartawan juga harus membuat berita dengan akurat dan berimbang.
"Tulisan Anda mungkin akan menjadi rujukan sejarah pada suatu hari," imbuhnya.
Baca juga: Wamenkominfo Nezar fokus penyelesaian BTS dalam 100 hari kerja
Dia menegaskan bahwa berita yang dibuat bukanlah merupakan karya sejarah. Kendati demikian, ia melihat karya jurnalistik merupakan draf pertama dari penulisan sejarah.
"Tentu saja kalau untuk jadi tulisan sejarah harus ada proses akademik lagi," tambah Nezar.
Sebelumnya, Nezar Patria juga berharap buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" dapat berguna bagi kaum muda atau generasi milenial, khususnya untuk membantu mereka dalam membaca sejarah.
Terutama mengenai bencana besar tsunami Aceh, kepingan-kepingan besar dibalik peristiwa tersebut, konflik, perdamaian dan sebagainya.
Sejarah yang disampaikan dalam dan dengan cara buku ini diharapkan menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi kaum milenial.
Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dia sejak peristiwa tsunami Aceh. "Ya, rentang waktunya cukup panjang. Saya kira sejak tsunami Aceh sampai tahun lalu (2004-2022)," pungkas Nezar.
Baca juga: Nezar Patria ingin percepat pelaksanaan program Kominfo
Baca juga: Jokowi sebut pengalaman di media alasan Nezar Patria jadi Wamenkominfo
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023