Terus terang saya gugup, apakah kita siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) 2015."

Bandung (ANTARA News) - Menperin MS Hidayat mengatakan sembilan produk industri siap menghadapi pasar bebas ASEAN pada 2015 karena memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara.

"Sembilan komoditas industri diprioritaskan untuk memasuki pasar ASEAN karena memiliki daya saing yang relatif lebih tinggi," katanya pada lokakarya pendalaman kebijakan industri, di Bandung, Jawa Barat, Kamis malam.

Sembilan produk industri itu adalah produk agro seperti minyak sawit mentah (CPO), kakao, dan karet; ikan dan produk olahannya; tekstil dan produk tektil (TPT); alas kaki, kulit, dan barang kulit; serta mebel.

Produk lainnya adalah makanan dan minuman; pupuk dan petrokimia; mesin dan peralatannya; serta logam dasar, besi, dan baja.

Kendati demikian, ada sejumlah produk industri yang mampu bersaing tersebut masuk ke dalam tujuh cabang industri yang dinilai Hidayat perlu ditingkatkan daya saingnya, untuk mengamankan pasar dalam negeri terhadap produk sejenis dari negara lain.

Tujuh cabang industri itu adalah otomotif, elektronik, semen, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman, dan mebel.

"Terus terang saya gugup, apakah kita siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) 2015," ujarnya. AEC, lanjut dia, bertujuan menciptakan pasar bebas untuk barang, jasa, bahkan investasi.

Oleh karena itu, Hidayat berharap bantuan dari kementerian dan instansi lainnya dalam pengawasan barang impor, perlindungan terhadap praktek perdagangan tidak sehat seperti penyelundupan, serta pembangunan infrastruktur dan penurunan biaya logistik agar industri dalam negeri bisa bersaing.

"AEC 2015 juga menciptakan peluang pasar, mendorong investasi, dan membentuk `joint venture` untuk memudahkan akses bahan baku," katanya.

Untuk mempersiapkan dunia usaha menghadapi AEC 2015, Kemenperin, lanjut Hidayat, akan mengintensifkan sosialisasi ke kalangan industri, memperkuat industri kecil dan menengah, mengembangkan wirausaha baru, dan meningkatkan kompetensi SDM industri, di samping menambah fasilitas laboratorium uji untuk penerapan standarisasi. (R016/A026)

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013