Palangka Raya (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah menyebutkan sebanyak 87 kecamatan di daerah setempat merupakan daerah dengan risiko tinggi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Merujuk pada acuan dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) Kalimantan Tengah 2021-2026, terdapat 87 kecamatan yang merupakan daerah risiko tinggi karhutla yang tersebar pada 13 kabupaten dan kota, kecuali Kabupaten Murung Raya," kata Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBPK Kalimantan Tengah Ahmad Toyib di Palangka Raya, Jumat.
Hanya saja, dijelaskannya, jika difokuskan pada penyebaran lahan gambut, maka fokus penanganan karhutla di Kalteng dapat lebih difokuskan lagi terhadap sembilan kabupaten/kota prioritas, meliputi Barito Selatan, Kapuas, Pulang Pisau, Palangka Raya, Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Kotawaringin Barat, dan Sukamara.
"Adapun total kecamatan risiko tinggi karhutla menjadi sebanyak 70 kecamatan," kata Ahmad Toyib.
Dia mengatakan, saat ini, telah diaktifkan pos lapangan sebanyak 35 unit yang tersebar di 31 kecamatan pada sejumlah kabupaten dan kota yang personelnya terdiri dari Babinsa, Bhabinkantibmas, dan anggota masyarakat setempat.
Pemilihan kecamatan lokasi dari pos lapangan dukungan Pemprov Kalimantan Tengah diusulkan oleh masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten dan kota dan dikoordinasikan dengan camat setempat.
Sementara itu, perkembangan karhutla di wilayah Kalimantan Tengah per 18 Juli 2023 khususnya terkait dengan titik panas dan kejadian karhutla, mengacu data karhutla yang terus dipantau Posko Krisis Karhutla Kalteng, maka titik panas berdasarkan data dari hotspot BRIN sebanyak 1.501 hotspot yang tersebar pada 13 kabupaten dan 1 kota.
Sedangkan kejadian karhutla yang dilaporkan kabupaten dan kota yakni sebanyak 400 kali kejadian, tersebar pada 12 kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah kecuali di Kabupaten Gunung Mas dan Barito Timur.
"Kejadian karhutla dan titik panas pada Juli 2023 lebih rendah dibanding Juni 2023. Kondisi ini tak lepas dari kondisi cuaca pada Juli yang terjadi hujan dengan intensitas tinggi dibanding Juni. Namun kewaspadaan kita tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan, sebab musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga Oktober 2023," jelasnya.
Baca juga: BNPB minta komitmen Kalteng terhadap penyediaan logistik karhutla 2024
Baca juga: BPBD minta warga antisipasi peningkatan kasus karhutla di Kalteng
Baca juga: BNPB catat 211 kasus karhutla hingga Juni 2023
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023