Yogyakarta (ANTARA News) - Semburan awan panas Gunung Merapi pada Kamis dinihari antara pukul 00.00-06.00 WIB berdasarkan hasil rekaman seismograf tercatat hanya lima kali, kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo.
Petugas pos pengamatan, kata dia, tidak bisa melihat secara visual luncuran awan panas karena puncak Merapi pada dinihari itu tertutup kabut, yang terlihat hanya asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan sedang dan ketinggian 700 meter dari puncak.
Ia menjelaskan frekuensi awan panas Merapi ini relatif menurun dibandingkan sebelumnya, sedangkan guguran lava pijar masih berfluktuasi. Sepanjang dinihari itu aktivitas Merapi juga ditandai dengan gempa multifase sebanyak delapan kali, gempa guguran 84 kali dan gempa tetonik tiga kali, sementara gempa vulkanik tidak terjadi.
"Secara umum aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tinggi seperti yang ditunjukkan oleh data kegempaan yang didominasi oleh gempa guguran, gempa multifase dan luncuran awan panas," ujarnya.
Sehari sebelumnya, Rabu (21/6), hasil rekaman seismograf mencatat telah terjadi 65 kali gempa multifase, 256 kali gempa guguran, 15 kali awan panas dan empat kali gempa tektonik, sedangkan gempa vulkanik baik vulkanik dalam (VTA) maupun vulkanik dangkal (VTB) tidak terjadi.
"Sampai hari ini status Merapi masih dinyatakan 'awas', khususnya untuk sektor Gendol sampai dengan delapan kilometer dari puncak Merapi," kata Subandriyo. (*)
Copyright © ANTARA 2006