Singapura (ANTARA) - Harga minyak Brent sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, dan berada di jalur untuk ditutup datar minggu ini setelah kenaikan tiga minggu berturut-turut, karena pasar mempertimbangkan persediaan AS yang lebih rendah terhadap data ekonomi China lemah yang dapat membatasi permintaan.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 3 sen menjadi diperdagangkan di 79,67 dolar AS per barel pada pukul 00.16 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 9 sen menjadi diperdagangkan pada 75,74 dolar AS per barel. Harga ditutup sedikit lebih tinggi pada Kamis (20/7/2023).

Brent berada di jalur untuk ditutup turun 0,2 persen minggu ini, sementara WTI diperkirakan naik 0,4 persen. Kedua harga acuan tersebut telah naik selama tiga pekan berturut-turut.

Mendukung harga, persediaan minyak mentah AS turun minggu lalu, didukung oleh lonjakan ekspor minyak mentah serta pemanfaatan kilang yang lebih tinggi, Badani Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (19/7/2023).

Selain itu, data terbaru, termasuk inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan pertumbuhan pekerjaan yang moderat, telah meyakinkan banyak investor dan analis bahwa perkiraan kenaikan suku bunga Juli oleh Federal Reserve akan menjadi yang terakhir dari siklus pengetatan saat ini.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Namun, membatasi harga adalah angka ekonomi China yang lemah. Konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu minggu ini membukukan pertumbuhan yang mengecewakan pada produk domestik bruto kuartal kedua, meningkatkan kemungkinan ekonomi gagal mencapai target pertumbuhan tahunan 5,0 persen.

Baca juga: Emas jatuh karena dolar AS menguat dipicu spekulasi kenaikan bunga Fed
Baca juga: Dolar menguat, klaim pengangguran angkat spekulasi kenaikan suku bunga
Baca juga: Wall St ditutup beragam, Tesla dan Netflix tekan Nasdaq dan S&P jatuh

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023