pentwit paling bisa dipercaya ternyata tak punya banyak follower atau kurang berpengaruh di Twitter, kecuali ketika krisis bergejolak"Jakarta (ANTARA News) - Anda akan menghabiskan banyak waktu ketika hendak memanfaatkan feed Twitter, dan akan kian sulit lagi manakala Anda menginginkan informasi terbaru selama bencana alam atau krisis.
Tapi jangan khawatir karena kini ada pendekatan yang membantu mencari twit informasi berkualitas tinggi.
Adalah sebuah tim pimpinan Shamanth Kumar dari Universitas Negeri Arizona di Tempe yang berhasil menganalisis 1,9 juta twit dari Mesir, Tunisia, Suriah, Yaman dan Libya antara Februari dan Agustus 2011 semasa Revolusi Arab (Arab Spring) lalu.
Analisis mereka membagi pentwit ke dalam dua faktor dasar, yaitu di mana dan apa yang mereka bincangkan.
Pentwit yang terdekat ke peristiwa-peristiwa terbaru adalah yang utama. Lokasi mereka dikuatkan dari profil, twit geotagged-nya atau kata-kata yang selaras dengan tempat-tempat yang relevan. Geotagging adalah proses pengimbuhan metada identifikasi geografis ke sejumlah media.
Para peneliti bisa mengoperasikan sebuah proses otomotis demi menemukan topik-topik utama dari database twit-twit selama Arab Spring, lalu dipilih secara manual berdasarkan yang paling relevan dengan revolusi itu.
Para pemilik akun Twitter yang twitnya paling sering mengandung topik-topik relevan ini, yang juga dekat dengan lokasi peristiwa, adalah yang mesti Anda follow.
Dalam satu makalah yang akan dipresentasikan pada Konferensi Hyperteks dan Media Sosial di Paris, Perancis, Mei nanti, Kumar menulis bahwa pentwit paling bisa dipercaya ternyata tak punya banyak follower atau kurang berpengaruh di Twitter, kecuali ketika krisis bergejolak, demikian New Scientist dalam lamannya, Kamis.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013