Mereka akan mendapat keuntungan dengan mengirimkan sinyal kepada dunia soal hubungan baik, kokoh dengan Rusia."
Beijing (ANTARA News) - Xi Jinping menuju Rusia minggu ini untuk kunjungan diplomatik pertamanya sebagai presiden, memperkokoh hubungan basis Perang Dingin yang kini menemukan kepentingan strategis dan bisnis bersama.
Xi, yang kenaikannya minggu lalu menuntaskan penyerahan kekuasaan China setelah dia memegang kendali Partai Komunis pada November, mengunjungi Moskow mulai Jumat untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin, lapor AFP.
Kedua negara menikmati hubungan komersial yang berkembang -- China adalah konsumen energi terbesar dunia dan mitra dagang terbesar Rusia, salah satu penghasil minyak terbesar di planet ini.
Mereka bekerja sama dalam sejumlah isu di Perserikatan Bangsa Bangsa dan sebelum kepergiannya, Xi menyebut Rusia "tetangga kami yang bersahabat", menambahkan penekanan hubungan "sangat penting" yang China tempatkan pada kunjungannya.
Wakil Menteri Luar Negeri China Cheng Guoping mengatakan Rabu keduanya "komit untuk mengembangkan dan menghidupkan kembali masing-masing negara," menambahkan, situasi dunia tidak stabil dan "hegemoni, politik kekuatan dan intervensionisme baru meningkat".
Hubungan modern antara Beijing dan Moskow berakar pada ideologi komunis bersama. China dan waktu itu Uni Soviet pecah pada awal 1960-an, namun hubungan membaik sebentar sebelum Uni Republik Sosialis Soviet (USSR) runtuh.
Rusia juga merupakan tujuan manca negara pertama bagi Hu Jintao, pendahulu Xi sebagai presiden, ketika dia pergi ke luar negeri pada 2003. Pemimpin sebelumnya Jiang Zemin berlatih pada pertengahan 1950-an di Stalin Automobile Works di Moskow.
Di Perserikatan Bangsa Bangsa, China dan Rusia memveto resolusi-resolusi guna menerapkan sanksi terhadap rezim Bashar al-Assad di Suriah, yang telah diporak-porandakan konflik selama dua tahun.
Kedua negara telah menentang sanksi AS dan Uni Eropa yang menyasar ekspor minyak Iran, yang dicurigai berupaya mengembangkan senjata nuklir berkedok program sipil damai.
Namun Moskow dan Beijing mendukung resolusi Dewan Keamanan pada bulan ini yang menambahkan sanksi terhadap Korea Utara terkait uji coba nuklir ketiganya.
Baik Suriah maupun Korea Utara diperkirakan akan menjadi fokus pembicaraan Xi-Putin dan Dmitry Trenin, Kepala Carnegie Moscow Center, mengatakan China akan mencoba memperkuat keseluruhan hubungan untuk mendongkrak kedudukan internasionalnya.
"Hubungannya dengan Amerika Serikat rumit, ada pertengkaran sengit berhubungan dengan Jepang, hal-hal berkaitang dengan India tidak mudah," katanya kepada AFP. "Mereka akan mendapat keuntungan dengan mengirimkan sinyal kepada dunia soal hubungan baik, kokoh dengan Rusia."
Namun bisnis akan berada di posisi terdepan, tambahnya. "Orang China itu praktis, bagi mereka ekonomi mengalahkan semuanya."
Juru bicara Kementerian Perdagangan China Shen Danyang menggambarkan kunjungan Xi sebagai "dorongan aktif untuk mempercepat laju investasi dan kerja sama". Shen mengatakan perdagangan bilateral merupakan rekor tahun lalu 88,2 miliar dolar, naik 11,2 persen pada 2011.
Di Moskow, Kremlin mengatakan Putin dan Xi akan menyaksikan penandatanganan sejumlah kesepakatan tetapi tidak memberikan detailnya.
Rusia perlu merampungkan kesepakatan gas yang potensial besar yang pada akhirnya dapat mencapai hampir 70 miliar kubik meter gas dipompa ke China setiap tahun selama 30 tahun mendatang, dan Wakil Menteri Luar Negeri Cheng mengatakan "diskusi intensif" sedang berjalan.
Kedua negara adalah anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai -- bersama dengan Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan -- yang fokus pada isu regional teramsuk antiterorisme.
Rusia dan China juga anggota kelompok emerging economies BRICS, yang ditambah Brazil, India dan Afrika Selatan akan mengadakan pertemuan puncak kelompok di Afrika Selatan minggu depan. (K004)
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013