Bila apa yang diprakirakan itu terwujud, berarti proses hilirisasi produk kelapa sawit di Indonesia berjalan dengan baik,"
Banjarmasin (ANTARA News) - Anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Al Musawa menyatakan, mendukung percepatan hilirisasi produk hasil perkebunan kelapa sawit sehubungan dengan prakiraan bahwa pada 2013 Indonesia menggeser India menjadi konsumen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di dunia.
"Bila apa yang diprakirakan itu terwujud, berarti proses hilirisasi produk kelapa sawit di Indonesia berjalan dengan baik," katanya di Banjarmasin, Rabu kepada wartawan yang tergabung dalam Journalist Parliament Community (JPC) Kalimantan Selatan, Rabu, menanggapi prediksi Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).
Nabiel, legislator asal daerah pemilihan Kalsel dari Partai Keadilan Sejahtera itu mengungkapkan, berdasarkan prediksi DMSI, Indonesia akan menjadi konsumen CPO terbesar di dunia menggeser India pada tahun 2013.
Anggota Komisi IV DPR yang juga membidangi pertanian (termasuk perkebunan) itu mendukung bila pada 2013 Indonesia benar-benar menjadi konsumen CPO terbesar di dunia.
"Selain itu percepatan hilirisasi produk kelapa sawit itu bisa mengurangi angka kemiskinan di Indonesia," lanjut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat (Jabar) itu.
Pasalnya, menurut wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian itu, dengan percepatan hilirisasi tersebut berarti industri hilir kelapa sawit di Indonesia berkembang.
"Keberadaan industri tersebut bisa menyerap tenaga kerja yang lebih besar, hal itu berarti pula mengurangi pengangguran, sekaligus menurunkan angka kemiskinan," tandasnya.
Mengutip prediksi DMSI, ia mengungkapkan, pada 2012 tiga negara konsumen CPO terbesar di dunia, yaitu India 7,95 juta ton, Indonesia 7,87 juta ton dan China 6,4 juta ton per tahun.
Pada 2013 diprediksi konsumen CPO terbesar dunia, akan berubah menjadi Indonesia 9,2 juta ton, India 8,35 juta ton dan China 6,72 juta ton. Sementara perkiraan produksi sawit Indonesia 2013 mencapai 28 juta ton.
Kalau melihat angka diatas, menurutnya, meski ada peningkatan konsumsi dalam negeri, namun konsumsi tersebut masih relatif kecil dibandingkan CPO yang keluar.
Pemakaian CPO dalam negeri 9,2 juta ton, berarti sekitar 30 persen. Selebihnya 19 juta ton atau sekitar 70 persen diekspor.
"Kata mengekspor bahan mentah yang memiliki potensi nilai tambah tinggi sebanyak 19 juta ton. Oleh karena itu sangat disayangkan," keluhnya.
(SHN-A013)
Pewarta: Syamsuddin Hasan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013