Saya ini orang Kupang dan selama ini tidak pernah mengalami kalau bawang bisa semahal itu
Kupang (ANTARA News) - Harga bawang merah dan putih di sejumlah pasar tradisional di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menembus angka Rp100 ribu/kg, dari sebelumnya pada Januari lalu berkisar Rp12 ribu hingga Rp15 ribu/kg.

"Saya heran, padahal pada Januari lalu, harga masih sekitar Rp12 ribu/kg sampai Rp15 ribu/kg. Tapi sekarang terlalu jauh meningkat, kami kesulitan membelinya," kata Nancy (45) seorang pembeli di Pasar Kasih Naikoten I Kota Kupang, Rabu.

Dia mengaku sangat kesulitan menghadapi kondisi itu, karena bawang merupakan bumbu dasar bagi para ibu untuk meracik menu dalam pemenuhan pangan di dalam rumah.

"Saya kira butuh langkah cepat pemerintah untuk mengatasi kondisi ini, agar masyarakat khususnya warga miskin masih bisa menjangkaunya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga," katanya.

Marsi, pembeli lainnya di pasar Oebobo, menilai kenaikan tersebut tidak masuk akal karena selama ini harga bawang merah tidak pernah semahal itu. Kalau pun naik hanya sampai Rp25/kg.

"Saya ini orang Kupang dan selama ini tidak pernah mengalami kalau bawang bisa semahal itu. Bagamana ini mungkin terjadi, karena di NTT ini juga penghasil bawang terutama dari Rote dan Timor Tengah Utara (TTU)," katas Marsi.

Sejumlah pedagang di Pasar Kasih Naikoten I Kota Kupang juga mengeluhkan kondisi mahalnya harga bawang dalam beberapa waktu terakhir ini.

"Harga bawang putih dan merah terpaksa kita naikan karena pasokan mulai berkurang sejak sebulan terakhir ini," kata Nikson (49) seorang pedagang bawang di Pasar Kasih Naikoten. Sudah sejak sebulan terakhir, katanya, tidak ada pasokan bawang merah maupun putih, sehingga stok yang tersisa di tempat penyimpanan, dijual kembali, dengan harga mencapai Rp70 ribu/kg hingga Rp100 ribu/kg.

"Harga bawang merah kita jual Rp75 ribu/kg dan bawang putih seharga Rp100 ribu/kg. Jika memang ada pasokan, kami harus membeli di saudagar seharga Rp1 juta/kg," katanya.

Pewarta: Yohanes Adrianus
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013