Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Alat Kesehatan dan Laboratorium (Alkeslab) mendukung pembangunan industri genomik di Indonesia dengan fokus pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Paling utama ketika membangun industri genomik adalah mendorong perubahan dari manusianya, karena inovasi, teknologi, kalau dikembangkan perlu perubahan besar pada manusia,” kata Ketua Asosiasi Healthtec Indonesia (AHI) dr. Gregorius Bimantoro di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, selama ini AHI bersama asosiasi Alkeslab lainnya telah memberi masukan untuk undang undang kesehatan, membahas di Bab 9 terkait sistem informasi kesehatan dan Bab 10 terkait teknologi kesehatan yang fokusnya adalah biomedis tentang genomik.
“Data genomik sangat kaya, oleh karena itu kita harus mengembangkannya di tanah air kita sendiri,” kata dia.
Senada dengan AHI, Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) juga mendukung riset genomik yang ada di Indonesia, agar para pelaku usaha farmasi dan alat kesehatan (Farmalkes) bisa menjadi produsen di tanah air sendiri.
“Selama ini orang-orang kaya melakukan pemeriksaan genomik di luar negeri, datanya dipegang oleh negara lain,” kata Sekjen Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) Indri M Wulandari.
Untuk itu, ILKI mendukung program pemerintah yang fokus mengembangkan teknologi genomik, sehingga kemajuan proyek ini harus berhasil.
“Kami harus memastikan bahwa data orang Indonesia itu, kita sendiri yang pegang, jangan negara lain, karena kalau negara lain yang pegang, akhirnya obat-obat mereka yang memproduksi, kita hanya jadi konsumen lagi,” ujar dia.
Wakil Ketua Komisi Tetap Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Randy Teguh juga mengatakan, proyek genomik sudah relevan dengan perkembangan dunia kesehatan dunia yakni kedokteran presisi.
“Teknologi kesehatan semua arahnya ke sana, dan sebenarnya kolaborasi ini saling beririsan, kalau AHI dari segi perangkat lunak, Gakeslab pada perangkat keras, ILKI lebih ke infrastruktur penggunanya, lalu di bawahnya ada regulator, pemerintah, mengatur undang-undang supaya ekosistem kita bisa mencapai rencana pembangunan jangka panjang,” tutur Randy.
Menurutnya, melalui teknologi genomik ini, bisa dilakukan upaya preventif (pencegahan) hingga kuratif (penyembuhan), misalnya setelah data genetik diperiksa lalu ada kemungkinan diabetes, bisa dicegah dan diobati sejak dini, sehingga bisa meningkatkan angka harapan hidup.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian Kesehatan RI Dr Dra L. Rizka Andalucia mengatakan bahwa Biomedical and Genome Science initiative (BGSi) adalah salah satu upaya untuk penanganan penyakit yang lebih baik di Indonesia.
“Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis kedokteran presisi, kita perlu melakukan inovasi kesehatan yang berbasis teknologi genomik, yakni mengandalkan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen, yang pada saat pandemi COVID-19 kemarin kita kenal dengan Whole Genome Sequencing atau WGS,” kata Rizka.
Baca juga: Dukung kemajuan kefarmasian, APDFI gandeng OBAT apps
Baca juga: Asosiasi alkeslab dukung inovasi kesehatan dalam negeri
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023