Surabaya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah provinsi setempat pada Maret 2023 turun menjadi 4,19 juta jiwa dibandingkan September 2022 yang tercatat sebanyak 4,24 juta orang.

"Jumlah tersebut berkurang sebanyak 47,7 ribu jiwa sejak September 2022 yang berjumlah 4,24 juta orang," kata Kepala BPS Jatim Zulkipli, dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, dalam catatan BPS Jatim, dari 4,24 juta orang pada September 2022, penduduk miskin Jatim turun 47,7 ribu orang pada Maret 2023, menjadi 4,19 juta orang.

Jika dipersentasekan, lanjut dia, pada Maret 2023 mencapai sebesar 10,35 persen atau menurun 0,14 persen sejak September 2022 yang mencapai 10,49 persen.

Dalam data tahunan, pada periode Maret 2022 hingga Maret 2023, angka persentase penduduk miskin di Jatim juga mengalami penurunan sebesar 0,03 persen.

Selain itu, terjadi perubahan garis kemiskinan yang lebih kecil pada September 2022 hingga Maret 2023 sebesar 3,97 persen.

"Pada Maret 2022 ke September 2022 itu mencapai angka 5,86 persen, jadi perubahan garis kemiskinan di Jatim memang turun dari yang tahun kemarin," ujarnya.

Penyebab perubahan tersebut, menurut Zulkipli, selama September 2022 hingga Maret 2023 garis kemiskinan jika dihitung per kapita di Jatim naik sebesar 3,97 persen.

"Yaitu dari Rp487.908 per kapita per September 2022 menjadi Rp507.286 per kapita per Maret 2023, sehingga hal tersebut merubah garis kemiskinan," ujar Zulkipli.

Selain itu, komoditas makanan menjadi penyumbang terbesar sebanyak 75,78 persen terhadap garis kemiskinan di Jatim dan angka tersebut mengalami kenaikan dibanding pada periode sebelumnya pada September 2022.

"Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, bensin, listrik dan lain-lain sebesar 24,22 persen," tuturnya.

Jika dirinci, lanjutnya, ada lima komoditas makanan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan jika dibandingkan pada September 2022 ke Maret 2023.

Baca juga: BPS sebut penduduk miskin di Aceh berkurang 11.700 orang

"Komoditas beras menjadi yang pertama, pada Maret 2023 di angka 20,03 persen, kemudian rokok kretek filter sebesar 12,51 persen, daging ayam ras 3,87 persen, telur ayam ras 3,66 persen dan tahu di angka 2,68 persen, itu semua di perkotaan," ujarnya.

Di pedesaan, lanjutnya, komoditas beras pada Maret 2023 mencapai 22,69 persen, rokok kretek filter sebesar 10,71 persen, telur ayam ras 3,44 persen, daging ayam ras 3,40 persen dan yang berbeda yakni gula pasir di angka 2,63 persen.

Zulkipli menjelaskan, selain komoditas makanan, ada juga lima komoditas non makanan yang masih menjadi kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan pada Maret 2023.

"Perumahan pada Maret 2023 mencapai 6,26 persen, Bensin sebagai bahan bakar motor pada Maret 2023 juga di angka 4,95 persen, yang ketiga listrik di angka 2,61 persen, kemudian ada pendidikan yang mencapai 1,79 persen dan terakhir pada perlengkapan mandi mencapai 1,26 persen, semua itu di perkotaan," ujar Zulkipli.

Sementara, lanjutnya, lima komoditas di pedesaan tersebut tercatat, perumahan menjadi yang pertama di angka 6,82 persen, bensin 4,73 persen, listrik 1,80 persen, perlengkapan mandi menjadi yang keempat di angka 1,17 persen dan pendidikan yang terakhir mencapai 1,02 persen.

"Jadi sebenarnya secara total ada 52 komoditas makanan dan 51 komoditas non makanan tapi kami hanya mencontohkan lima saja dari masing-masing komoditas," katanya.

Baca juga: BPS: Penduduk miskin di Jawa Tengah mencapai 3,79 juta orang
Baca juga: BPS : Penduduk miskin di Kepri turun 6,4 ribu orang

Pewarta: Abdul Hakim/Naufal Ammar Imaduddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023