Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta agar Presiden Joko Widodo bisa menjadi pemengaruh atau "influencer" agar penderita tuberkulosis (TBC) dapat disiplin meminum obat antibiotik hingga masa pengobatan selesai.

Usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Jokowi tentang TBC, Menkes Budi Gunadi Sadikin menilai peran Jokowi dapat mendorong penderita TB mau meminum obat setidaknya minimal enam bulan untuk mencegah resistensi antibiotik.

"TBC itu (penderitanya) minum obat susah, kalau bisa bapak, ya beliau tidak kena TBC tapi bisa memberikan 'endorsement' bahwa ayo yang sakit TBC jangan sampai lupa minum obat TBC dan minumnya sampai selesai karena butuh minimal enam bulan," kata Menkes saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.

Menkes mengatakan vaksinasi COVID-19 tidak akan sukses tanpa adanya pengaruh Jokowi sebagai pionir yang mendapatkan suntik vaksin terlebih dahulu.

Ketika Presiden memakai jaket atau sepatu tertentu, pasti diikuti oleh warga. Begitu juga saat Jokowi mendapatkan suntik vaksinasi COVID-19, semua warga juga terdorong untuk mendapatkan layanan vaksin.

"Kami bilang, 'Pak dulu vaksinasi tidak akan bisa sukses lho itu selesai gara-gara Bapak jadi influencer, jadi endorsement' disuntik dulu," kata Menkes menirukan dirinya berbicara dengan Presiden.

Mendengar permintaan tersebut, Presiden Jokowi, kata Menkes, sempat tertawa dan menyanggupi permintaan itu.

Menkes mengatakan bahwa Presiden Jokowi bahkan bersedia mendatangi sejumlah daerah untuk memastikan masyarakat penderita TBC mau meminum obat.

Adapun berdasarkan situs resmi Kementerian Kesehatan, Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang berpotensi serius dan umumnya menyerang paru-paru.

Seorang pasien TB, khususnya TB paru pada saat berbicara, batuk, maupun bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang mengandung infeksi bakteri.

Orang-orang di sekeliling pasien TB tersebut dapat terpapar dengan cara menghisap percikan dahak (droplet).

Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu enam bulan dengan aturan minum obat yang ketat, guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.

Jika terjadi resistensi antibiotik, penderita TB harus meminum antibiotik sesuai aturan selama 20 bulan.

Baca juga: Kolaborasi Kemenkes RI kampanyekan "TB Warriors 2.0"

Baca juga: Deteksi kasus TBC 2022 menjadi rekor tertinggi di Indonesia

Baca juga: Menkes: Keberhasilan RI temukan 74 persen TBC jadi percontohan dunia

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023