Minggu ini kami memiliki sejumlah data ekonomi AS yang akan memberikan indikasi jelas apakah kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan
Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia tergelincir pada Selasa, karena data ekonomi China lemah minggu ini dan tidak adanya stimulus mengangkat sentimen, sementara investor menunggu untuk melihat apakah angka penjualan ritel AS menjelaskan prospek kebijakan Federal Reserve.
Fokus investor sekarang beralih ke putaran berikutnya dari hasil laporan keuangan kuartalan minggu ini, dengan bank-bank besar seperti Bank of America, Morgan Stanley, dan Goldman Sachs membukukan pendapatan.
Tesla juga akan melaporkan pendapatannya akhir pekan ini, yang akan memungkinkan pasar untuk melihat lebih dekat seberapa besar nasib perusahaan-perusahaan AS, menyusul reli ekuitas baru-baru ini.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,56 persen. Investor sedang menunggu tanda-tanda yang lebih jelas bahwa inflasi melambat, dengan pembacaan penjualan ritel AS dan produksi industri akan dirilis pada Selasa.
Para ekonom memperkirakan penjualan ritel pada Juni akan menunjukkan kenaikan 0,5 persen dari Mei, cukup kuat untuk mempertahankan skenario soft landing tanpa menyalakan kembali kekhawatiran tentang inflasi.
Baca juga: Saham Asia dibuka turun, bersiap untuk data China yang mengecewakan
"Orang-orang masih memikirkan tarik ulur antara pertumbuhan dan inflasi. Minggu ini kami memiliki sejumlah data ekonomi AS yang akan memberikan indikasi jelas apakah kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan," kata Gary Ng, ekonom senior di Natixis Corporate and Investment Bank.
The Fed, Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang mengadakan tinjauan kebijakan minggu depan.
Setelah pembatalan perdagangan pada Senin (17/7/2023) karena topan, saham Hong Kong mengejar keterpurukan di pasar China yang dipicu oleh data yang menunjukkan pemulihan ekonomi China pascapandemi telah berakhir.
Ng mengatakan investor Asia sedang berjuang untuk menemukan sesuatu yang positif setelah "data ekonomi China sangat buruk".
Indeks acuan Hang Seng Hong Kong berakhir anjlok 2,07 persen, indeks saham-saham unggulan China CSI 300 ditutup 0,32 persen lebih rendah, indeks Komposit Shanghai berakhir merosot 0,37 persen dan indeks S&P/ASX 200 Australia jatuh 0,20 persen.
Baca juga: Saham Asia siap cetak minggu terbaik 2023, Fed bisa hentikan kenaikan
Namun demikian, indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,32 persen.
Kemungkinan perbedaan Fed dan ECB pada kenaikan suku bunga baru-baru ini menyebabkan dolar melemah.
Pasar uang sebagian besar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin dari Fed pada pertemuan kebijakannya akhir bulan ini, meskipun ada ekspektasi bahwa suku bunga akan turun pada awal Desember.
Sebaliknya, investor memperkirakan ECB dan Bank Sentral Inggris untuk memperpanjang siklus kenaikan suku bunga mereka.
Indeks dolar AS sedikit turun ke 99,71 di perdagangan Asia, setelah mencapai level terendah sejak April 2022 pada Jumat (14/7/2023).
Euro mencapai tertinggi baru 17 bulan di 1,1259 dolar, menguat 0,23 persen dan menuju kenaikan sesi kesembilan.
Bank Sentral Jepang (BoJ) akan mengadakan pertemuan kebijakan moneternya minggu depan, dengan investor menunggu apakah akan mulai menghapus kebijakan ultra-dovish-nya.
Minyak mentah AS naik 0,32 persen menjadi diperdagangkan di 74,39 dolar AS per barel dan Brent naik 0,28 persen menjadi diperdagangkan di 78,72 dolar AS per barel. Emas spot bertambah 0,29 persen menjadi diperdagangkan di 1.960,29 dolar AS per ounce.
Baca juga: Saham Asia di jalur minggu terbaik 2023, dipicu pendinginan inflasi AS
Baca juga: Saham Asia reli, dolar dirusak taruhan kenaikan Fed hampir selesai
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023