Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia telah membuka dua dari sejumlah pintu perbatasan Indonesia-Timor Leste, menyusul hasil pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Timor Leste Xananan Gusmao pada Sabtu (17/6) di Bali. Pembukaan pos perbatasan itu diungkapkan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto di Kantor Kepresidenan Jakarta, Rabu, sebelum mengikuti Sidang Kabinet yang dipimpin Presiden Yudhoyono yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Begitu malam pertemuan (Yudhoyono-Xanana, red), besoknya langsung dibuka," kata Djoko. Usai bertemu Xanana pada 17 Juni lalu, Presiden Yudhoyono mengumumkan bahwa Pemerintah Indonesia akan segera membuka wilayah perbatasannya dengan Timor Leste secara selektif. Yudhoyono yang pada saat itu berbicara kepada pers dengan didampingi Xanana menyebutkan, pembukaan kawasan perbatasan secara selektif itu akan dilakukan demi kepentingan sosial dan ekonomi serta untuk mempermudah lalu lintas kedua negara. Menurut Panglima TNI, pengertian pembukaan "secara selektif" diserahkan kepada aparat di daerah dengan mengacu kepada keadaan keamanan apakah sudah kondusif atau belum. Sejalan dengan itu, ia belum dapat menyebutkan kapan pintu-pintu perbatasan RI-Timor Leste lainnya akan dibuka. "Sangat tergantung situasi di Timor Leste, kalau bagus (kondusif, red) maka segera dibuka," ujar Panglima. Pintu-pintu perbatasan Indonesia, paparnya, merupakan pos gabungan yang dilaksanakan bersama oleh TNI, Polri, Imigrasi, Bea Cukai, dan pemerintah daerah. Sementara itu, menurut laporan di lapangan, dua pintu perbatasan yang telah dibuka adalah yang berada di di Motaain, Kabupaten Belu dan Napan di Kabupaten Timor Tengah Utara. Kendati kedua pintu itu telah dibuka, warga negara Timtim tetap dilarang masuk ke wilayah Indonesia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006