"Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline atau luring, maupun online atau daring. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka," kata Kepala BNPT RI dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Banjir-nya pesan bermuatan ideologi kekerasan tersebut dapat memberi pengaruh kontraproduktif, terutama kepada generasi muda.
Hasil penelitian dalam laporan I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook tahun 2023 juga mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia.
Baca juga: BNPT gandeng pemuda lawan manipulasi ideologi kekerasan
Baca juga: Kepala BNPT ingatkan peran penting dai/daiah cegah ideologi kekerasan
Interaksi online atau daring yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi COVID-19, dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis untuk melakukan radikalisasi daring.
"Tiga tahun masa pandemi kita lebih banyak menggunakan interaksi sosial online. Ternyata ini dimanfaatkan dengan menggunakan radikalisasi online yang disebut dengan online radicalization," ucapnya.
Dari online radicalization ini, tutur Rycko melanjutkan, kelompok paling banyak meningkat terpapar-nya adalah pemuda, perempuan, dan anak-anak.
Oleh karena itu, dia mengatakan penting bagi pihak yang berkepentingan untuk membangun public awareness atau kesadaran publik.
Publik yang sadar dengan sendirinya tidak akan gampang terjerat janji-janji surgawi yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem.
"Sehebat apa pun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, enggak akan ada gunanya," ujarnya.
Oleh karena itu, di usia ke-13 BNPT, dia menginstruksikan agar seluruh jajaran BNPT melanjutkan kampanye kontraradikalisasi daring yang sejauh ini terus diperkuat guna membangun kedamaian di ruang digital.
Seluruh jajaran BNPT diminta terus kreatif, terus masif untuk membangun kesadaran publik, baik secara luring turun ke lapangan, maupun daring, sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.
"Gunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik agar menolak apa pun itu ideologi-nya, yang mengajarkan tentang kekerasan, yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita," tutur dia.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023