"NATO telah mendesak dunia ke dalam militerisasi yang lebih besar tepat pada momen yang sulit dalam sejarah ketika kita perlu menginvestasikan sumber daya untuk menangkis krisis iklim, yang mengancam masa depan planet ini dengan kehancuran ekosistem,

New York (ANTARA) - Sekutu-sekutu Amerika dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), seperti yang dikatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, bukanlah jangkar di lautan kejam yang bergejolak, melainkan katalisator yang mendidihkan kaldron perang atas nama kekaisaran AS, demikian disampaikan organisasi akar rumput feminis CodePink dalam sebuah unggahan blog pada Kamis (13/7).

"NATO telah mendesak dunia ke dalam militerisasi yang lebih besar tepat pada momen yang sulit dalam sejarah ketika kita perlu menginvestasikan sumber daya untuk menangkis krisis iklim, yang mengancam masa depan planet ini dengan kehancuran ekosistem, kebakaran hutan, dan banjir," kata unggahan blog tersebut.

"Kita melihat bahwa modus operandi NATO adalah perang. NATO tidak pernah menjadi aliansi defensif. NATO menginvasi Yugoslavia pada 1999 tanpa mandat dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). NATO mengobarkan perang selama 20 tahun di Afghanistan, menjerumuskan orang-orang ke dalam kemiskinan dan kembali ke tangan Taliban. NATO secara ilegal menggulingkan pemerintahan Libya pada 2011," ungkap unggahan blog itu.

Lebih lanjut unggahan blog tersebut menuturkan, "Selain perang dengan Rusia saat ini, NATO mengincar China, membangun aliansi militer Asia-Pasifik yang provokatif dengan Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru untuk melawan China."

NATO juga menjadi sapi perah bagi produsen senjata, dan merupakan musuh perlucutan senjata nuklir dalam penentangannya terhadap Perjanjian PBB tentang Larangan Senjata Nuklir, imbuh blog tersebut.

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023