Orang sukses tidak selalu pintar dan punya modal besar, bukan pula karena keturunan orang kaya ataupun dari golongan ningrat. .....Jakarta (ANTARA) - Prof Dr H. Paiman Raharjo, M.M, M.Si resmi dilantik Presiden RI Joko Widodo sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) menggantikan Budi Arie Setiadi yang kini mengemban tugas sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika.
Prof Paiman Raharjo dikenal sebagai Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) untuk periode 2022-2027. Sejumlah kalangan menilai, Paiman Raharjo adalah figur rektor yang memiliki ide dan inovatif.
Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 15 Juni 1967, itu pernah menjabat sebagai Komisaris PT Food Station Tjipinang Jaya dan Komisaris Independen PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Paiman juga merupakan Ketum Relawan Sedulur Jokowi.
Paiman dilantik berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32/M Tahun 2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Wakil Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju.
Pria yang kini duduk di pemerintahan itu ternyata bukanlah sosok yang berkecukupan. Ketika lulus SMP ia merantau ke Ibu Kota. Berbekal ijazah SMP ia mengawali karirnya sebagai tukang sapu di Yayasan Gembala Baik.
Berbekal semangat untuk mengubah nasib pula, ia melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA. Paiman pun melanjutkan ke STM Budhaya Matraman Jakarta Timur. Setelah lulus, ia diangkat menjadi petugas keamanan (satpam) di yayasan yang sama.
Baca juga: Gus Halim minta pendamping desa sosialisasikan pemanfaatan dana desa
Paiman merupakan sosok yang haus akan ilmu. Di sela pekerjaannya, ia meneruskan pendidikannya. Paiman mengenyam pendidikan S1 Ilmu Administrasi di Universitas Prof. Moestopo.
Di kampus yang sama , ia melanjutkan ke jenjang S2. Kemudian Paiman melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 di Universitas Padjajaran Bandung, Jawa Barat.
Di sela-sela aktif sebagai dosen, Paiman mengaku pernah berwiraswasta dengan membuka beberapa usaha mulai dari percetakan, restoran, hingga kos-kosan.
Perjalanan hidupnya itu ia tuangkan dalam buku autobiografinya berjudul "Tukang Sapu jadi Profesor" yang diterbitkan pada 2000.
Judul buku itu menyiratkan sebuah perjuangan orang desa yang memiliki mental tangguh dan pekerja keras dalam menjalani hidup.
Dalam deskripsi buku autobiografinya, Paiman menyatakan "Orang sukses tidak selalu pintar dan punya modal besar, bukan pula karena keturunan orang kaya ataupun dari golongan ningrat. Tetapi, kesuksesan merupakan keberkahan yang diperoleh siapa saja yang mau kerja keras, gigih, pantang menyerah, disiplin, komitmen, dan berdoa".
Peran akademisi
Akademisi mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan. Masukan yang diberikan dinilai dapat membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan yang akan digunakan demi kemaslahatan masyarakat Indonesia.
Indonesia memerlukan analisis yang tajam dan komprehensif dalam setiap keputusan yang akan diambil, dan itu salah satunya bisa didapat dari para cendekiawan akademisi.
Masukan dari akademisi dianggap cukup realistis. Biasanya saran yang diberikan adalah hasil kajian mendalam dari berbagai aspek.
Desa di Indonesia membutuhkan sosok yang dapat memberikan pencerahan untuk mengembangkan potensi desa sehingga menjadi mandiri. Desa membutuhkan ide-ide kreatif dan inovasi setelah pandemi COVID-19.
Baca juga: Kemendes PDTT: SDGs Desa percepat pencapaian pembangunan
Amanah yang diemban Paiman bukan main-main, sebagai Wamendes PDTT tentunya ia diharapkan dapat berkontribusi signifikan untuk mempercepat pembangunan desa di Indonesia, yang salah satunya dapat diukur dari Indeks Desa Membangun (IDM).
Indeks Desa Membangun merupakan indeks komposit yang dibentuk berdasarkan tiga indeks, yaitu indeks ketahanan sosial, indeks ketahanan ekonomi, dan indeks ketahanan lingkungan.
IDM memotret perkembangan kemandirian desa berdasarkan implementasi Undang-Undang Desa dengan dukungan Dana Desa serta Pendamping Desa.
Berdasarkan data Kemendes PDTT, IDM pada periode 2015 sampai 2022, desa berstatus mandiri sudah mencapai 6.238 desa, naik 6.064 desa dari 174 desa.
Pada periode yang sama, status Desa Maju bertambah 16.641 desa, dari 3.608 desa menjadi 20.249 desa. Desa Berkembang bertambah 11.020 desa, dari 22.882 desa menjadi 33.902 desa.
Kemudian, jumlah Desa Tertinggal berkurang 24.008 desa, dari 33.592 desa menjadi 9.584 desa. Desa Sangat Tertinggal berkurang 8.471 desa, dari 13.453 desa menjadi 4.982 desa.
Tentunya, hadirnya Paiman di Kemendes PDTT diharapkan turut menambah jumlah Desa Mandiri, mengingat pemerintah pusat sedang gencar membangun pusat pertumbuhan ekonomi dari desa.
Paiman mengaku sudah berkomunikasi dengan Wamendes PDTT sebelumnya Budi Arie Setiadi mengenai tugas-tugas di Kemendes PDTT.
Saat ini, Paiman masih menunggu Menteri Desa PDTT Abdul Halim Iskandar untuk berkoordinasi mengenai tugas-tugas ke depan. Abdul Halim masih berada di luar negeri.
"Nanti saya akan koordinasi dengan Pak Menteri, karena Pak Menteri saat ini masih di luar negeri sehingga saya harus menunggu arahan dari Pak Menteri," ujar Paiman.
Baca juga: Kemendes PDTT: Semua desa di Bantul berstatus mandiri
Sinergi
Paiman Raharjo yang telah dilantik menjadi Wamendes PDTT itu menilai sinergi menjadi salah satu kunci untuk memaksimalkan dana desa dalam rangka mendorong pembangunan desa.
"Kita perlu bersinergi, kerja sama juga untuk memaksimalkan penyaluran dana desa yang tiap tahun meningkat tapi di kurun waktu 2022 mengalami penurunan dari sebelumnya. Oleh karena itu bagaimana kementerian desa ini bisa membina desa-desa," tuturnya.
Di samping itu, ia juga ingin mengoptimalkan peran badan usaha milik desa (BUMDes) untuk menumbuhkan perekonomian lokal sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau kita lihat pertumbuhan desa itu masih lambat. Oleh karena itu bagaimana memaksimalkan BUMDes-BUMDes sehingga perekonomian lokal itu akan tumbuh dan berkembang sehingga bisa mendukung pertumbuhan nasional," tuturnya.
Banyak pihak berharap, latar belakang Paiman sebagai akademisi mampu memberikan ide-ide segar sehingga memberi warna baru dalam keberlanjutan program yang telah berjalan di Kemendes PDTT.
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023