Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie, menegaskan penyelesaian dampak lumpur panas di Desa Reno Kenongo, Sidoarjo, Jawa Timur, merupakan tanggung jawab PT Lapindo Brantas Inc yang dipimpin adiknya, Nirwan Bakrie. "Kan sudah ke Bakrie, tanyakan saja ke Bakrie (Nirwan Bakrie, red). Sebagai Menko(saya berpendapat, red) Lapindo harus bertanggung jawab," kata Aburizal Bakrie sebelum mengikuti sidang kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu. "Kemarin Pak Wapres (Jusuf Kalla) sudah memerintahkan mereka bertanggung jawab, jangan sampai kerusakannya tidak tertangani. Jangan juga rakyat di sana sampai menderita," tambahnya. Wapres Jusuf Kalla dalam kesempatan meninjau lokasi semburan lumpur panas di Sidoarjo pada Selasa (20/6) meminta PT Lapindo Brantas yang menjadi pihak pengelola pengeboran Blok Banjar Panji I untuk bertanggung jawab terhadap dampak insiden teresbut. Menurut Kalla, tanggung jawab yang diberikan Lapindo Brantas tidak hanya memberi kompensasi kepada warga selama berada di pengungsian, tapi juga pasca semburan lumpur itu berhasil dihentikan. Nirwan Bakrie --adik kandung Menko Kesra Aburizal Bakrie -- menyatakan siap memberikan semua ganti rugi dan kompensasi kepada warga, seperti yang diminta Wapres. "Kami siap melaksanakan komitmen yang disampaikan Wapres Jusuf Kalla. Seluruh kerugian yang diderita warga, nantinya akan diganti," kata Nirwan, Selasa. Menurut Nirwan, musibah semburan gas disertai lumpur panas di Blok Banjar Panji I merupakan kecelakaan yang tidak pernah diharapkan sebelumnya. Nirwan sendiri pada Selasa --mewakili PT Lapindo Brantas Inc-- menyerahkan santunan senilai Rp5 miliar kepada warga korban luapan lumpur panas dari sejumlah Desa di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jatim. Santunan senilai Rp5 miliar itu merupakan bantuan awal untuk mengatasi penderitaan ribuan warga yang terpaksa harus mengungsi ke tempat aman, karena rumah dan lingkungannya tergenang luapan lumpur.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006