Kriteria partai dalam merekrut caleg dengan mengutamakan caleg yang bermodal, menurut saya, bukanlah kriteria yang baik untuk menciptakan caleg yang berkualitas karena kualitas seorang wakil rakyat itu tidak ditentukan dari 'tebalnya dompet',"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial dan politik dari Universitas Gajahmada (UGM) Kuskrido Ambardi berpendapat bahwa perekrutan calon anggota legislatif (caleg) secara terbuka melalui media massa tidak menjamin partai politik memperoleh caleg yang berkualitas.
"Kemungkinan orang untuk mendaftar jadi caleg memang jauh lebih tinggi karena media massa memiliki jangkauan luas, tetapi orang-orang yang mendaftar kan belum tentu berkualitas. Jadi, harapan untuk menjaring caleg berkualitas melalui rekrutmen terbuka belum tentu terpenuhi," kata Kuskrido saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, hal yang paling menentukan kualitas para caleg yang akan diusung oleh parpol dalam pemilu legislatif nanti adalah kriteria yang ditentukan oleh parpol dalam memilih caleg dan proses seleksi yang harus dijalani para bakal caleg.
Oleh karena itu, dia menyarankan partai-partai politik untuk memperketat seleksi bagi bakal caleg yang direkrut secara terbuka dengan menentukan kriteria-kriteria yang menyangkut `track record` (rekam jejak,red) dari para bakal caleg tersebut.
"Menurut saya, kriteria itu misalnya, orang yang mendaftar sebagai caleg harus mempunyai pengalaman berorganisasi yang luas dan pengalaman yang menyangkut penanganan isu-isu publik, seperti isu retribusi daerah, lingkungan, pendidikan, dan kesehatan," jelasnya
"Hal-hal semacam itu kan sebenarnya bisa dilacak dan dicari tahu oleh partai melalui track record si bakal caleg," kata Kuskrido menambahkan.
Selain itu, dia menyarankan partai politik untuk tidak hanya mengutamakan politisi yang mempunyai modal finansial yang cukup untuk diusung menjadi calon anggota legislatif (caleg) karena harus tetap mengutamakan kualitas dari caleg itu sendiri.
"Kriteria partai dalam merekrut caleg dengan mengutamakan caleg yang bermodal, menurut saya, bukanlah kriteria yang baik untuk menciptakan caleg yang berkualitas karena kualitas seorang wakil rakyat itu tidak ditentukan dari 'tebalnya dompet"," katanya.
Menurut dia, bila partai politik lebih mengutamakan kriteria kepemilikan modal dalam memilih caleg yang akan dimajukan dalam Pemilu Legislatif, hal tersebut mungkin dapat menyelesaikan masalah keuangan partai.
Namun, di sisi lain, kata dia, kualitas para caleg sebagai calon wakil rakyat cenderung `dikompromikan`.
"Dalam jangka panjang, hal itu bahkan bisa berdampak buruk bagi keseluruhan kualitas anggota-anggota DPR yang nanti terpilih," katanya.
Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan partai-partai politik harus mencari orang-orang yang dianggap bisa memenuhi aspirasi pemilih, jika tidak ingin gagal pada Pemilu Legislatif.
Menurut dia, saat ini partai politik harus merekrut pejabat publik yang baik, dan untuk pemilihan legislatif, parpol harus mengidentifikasi apakah kadernya memenuhi kualifikasi dan kapasitas sebagai caleg.
"Kalau tidak ada caleg yang memenuhi keinginan masyarakat maka bisa saja banyak pemilih akan terpaksa golput karena pilihan caleg yang buruk, dan ini merupakan hal buruk untuk konsolidasi demokrasi," katanya.
(Y012/R010)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013