Jakarta (ANTARA) -
"Seluruh santri saya harapkan punya cita-cita yang besar, cita-cita yang tinggi, sekaligus kemauan yang besar untuk menjadi pejuang, untuk menjadi teladan, dan juga menata masa depan," kata Gus Jazil dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Dia menilai masa-masa di pesantren adalah momentum emas untuk mengukir sejarah sebagai bekal menjalani kehidupan di masa mendatang.
"Kami sedang mengukir sejarah baru. Bagi santri yang baru, mudah-mudahan semua kerasan di pondok, nyaman; dan tentunya serius dan bersungguh-sungguh untuk mencari, mendalami, belajar ilmu pengetahuan, khususnya Al Quran, ilmu bahasa, dan keterampilan lainnya sebagai bekal menuju masa depan," jelasnya.
Baca juga: HNW sebut peran ponpes harus dikokohkan untuk bonus demografi
Gus Jazil mengatakan hal itu saat memimpin apel perdana Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadin di Kertosono, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Senin.
Ketua Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta itu juga mengajak siswa dan para guru, khususnya di Pesantren Sunanul Muhtadin, agar bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; sehingga siswa tidak merasa terbebani saat belajar di pesantren.
"Belajarlah yang sungguh-sungguh, serius; tapi saya berharap ketika proses belajar mengajar diberikan dengan cara yang tepat dan tidak membebani siswa," ucapnya.
Gus Jazil, yang juga pendiri Pondok Pesantren Sunanul Muhtadin, mengatakan pesantren yang dirintisnya tersebut masih sangat muda yakni baru tiga tahun. Namun, dia bersyukur karena saat ini antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di Ponpes Sunanul Muhtadin sungguh luar biasa.
Setiap tahun, sebutnya, jumlah santri terus bertambah secara signifikan. Menariknya, santri tidak hanya datang dari wilayah Gresik saja, tetapi juga dari luar kota bahkan luar pulau.
Baca juga: Mahfud MD: Pesantren harus bisa cetak sarjana dan dokter
Dia juga terus berusaha untuk menjadikan Pesantren Modern Sunanul Muhtadi sebagai salah satu pesantren unggulan dan bisa mencetak generasi Islam yang unggul.
"Semua guru yang ada kami hadirkan guru-guru terampil, bermutu dari berbagai lulusan perguruan tinggi, unggulan; agar para santri bisa belajar dengan baik," tuturnya.
Selain itu, kata Gus Jazil, sarana pendidikan dan berbagai sarana penunjang lain di pesantren itu terus dilengkapi; baik fasilitas asrama yang nyaman, perpustakaan, laboratorium bahasa asing, baik Inggris, Arab maupun Mandarin, serta sarana lainnya.
Baca juga: Mahfud MD: Pemerintah tidak pernah membubarkan pesantren
"Memang belum lengkap semua, tapi akan terus kami lengkapi; yang terpenting, anak-anak bisa nyaman untuk belajar. Kami juga punya mushaf Al Quran selebar 1,5 meter, dan lainnya," katanya.
Saat ini, Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadin sudah memiliki jenjang pendidikan tingkat SMP, Madrasah Aliyah (MA) Tahassus Al Quran, dan juga SMK dengan keahlian perhotelan dan jasa pariwisata, desain komunikasi visual, teknologi laboratorium medik, serta farmasi klinis dan komunitas.
"Kami ingin mencetak generasi bervisi qurani, yang mampu menguasai, mengajarkan, dan menerapkan akidah, syariah dan akhlak dengan benar; serta memiliki keilmuan yang relevan dengan perkembangan zaman," ujar Gus Jazil.
Baca juga: Polri minta masyarakat tunggu hasil penyidikan Al Zaytun
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023