Sampai sekarang masih kebayang lihat warna orange itu kayak sinar api, tapi sekarang sudah ikhlas,  sudah legawa.

Jakarta (ANTARA) - Tak ada yang mau dan tidak mungkin bisa menebak kapan kebakaran akan terjadi. Begitu pula dengan perempuan bernama Saini sebagai penyintas kebakaran di Setiabudi, Jakarta Selatan.

Kala itu dirinya tak menyangka kebakaran akan kembali menghanguskan lingkungan sekitarnya.

Saat itu, di rumah dirinya hanya ingin berkumpul bersama keluarganya, merawat suaminya yang sedang sakit, maupun mengajak bermain cucunya yang berusia 3 tahun.

Saat canda tawa antaranggota keluarga itu tergelak, bersamaan terdengar suara berisik dari atap genteng rumahnya. Pun tercium bau tak biasa dalam rumahnya.

Sorak tetangga dari luar semakin membuat Saini dan keluarganya memutuskan keluar rumah. "Ada kebakaran, ada kebakaran". Begitu teriakan yang terdengar olehnya.

Saini berusaha berteriak memanggil keluarga untuk bersiap keluar rumah. Dia juga menuntun sang suami yang susah berjalan, agar segera keluar rumah mencari tempat aman.

Kemudian, dia ingat dan berlari cepat ke rumahnya lagi untuk menyelamatkan dokumen penting dan uang tabungan yang masih tersimpan rapat di lemari rumahnya.

Astagfirullah, astagfirullah. Saat itu cuma bisa baca surat Al-Quran yang bisa saja,” ucapnya dengan nada bergetar.

Kini, Saini bersama keluarganya berlindung di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kebon Sawo. Dia bersama keluarganya hanya bisa mengenakan baju yang melekat lantaran semuanya habis dihanguskan si jago merah.

Teringat pula sang cucu yang kini akan masuk ke jenjang SMA dengan seragam sekolahnya ikut terbakar. Saini cemas sang cucu tak bisa mengenyam pendidikan hanya karena tak memiliki seragam.

Salah seorang penyintas kebakaran, Saini, saat ditemui di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kebon Sawo, Setiabudi, Jakarta, Senin (10/7/2023). ANTARA/Luthfia Miranda Putri

Terlebih, di penampungan semua serba-terbatas sehingga ia takut sang cucu tak bisa berkonsentrasi belajar karena tak memiliki peralatan secara lengkap.

Harapan dia sederhana, hanya ingin melihat sang cucu mengenakan seragam sembari mencium tangannya untuk berangkat sekolah seperti sedia kala.

Baginya, itu sudah cukup untuk bisa membuatnya tenang meski kini kehidupannya harus mulai dari nol untuk membangun kembali rumah yang ditempatinya sejak tahun 1981.

“Sampai sekarang masih kebayang lihat warna orange itu kayak sinar api, tapi sekarang sudah ikhlas, sudah legawa. Itu semua Allah Swt. yang atur,” ucapnya, pasrah.

Saini mengaku masih sedih bila mengingat kebakaran itu, namun dirinya merasa terhibur usai mengikuti kegiatan pemulihan trauma yang diadakan Dinas Sosial DKI Jakarta.

Pelayanan yang diberikan petugas Dinas Sosial kepada para penyintas mampu menumbuhkan semangat untuk menatap masa depan. Apalagi bantuan juga terus mengalir termasuk alat sekolah dan seragam untuk siswa dari PMI.

Hanya dengan menari dan berjoget bersama cucunya, ia bisa sejenak menghilangkan rasa takut.

Dalam doanya, wanita berusia 68 tahun itu ingin melihat sang cucu bisa kembali sekolah untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter.

Kini, Saini mengaku bersyukur telah mendapat bantuan dari Pemerintah yakni berupa seragam sekolah layak dipakai. Dia senang akhirnya sang cucu bisa tersenyum kembali pada hari pertamanya di sekolah.

Dia mendoakan sang cucu bisa semangat terus mengejar pendidikan untuk menjadi orang sukses pada masa depannya.


Bantuan seragam dari PMI

Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Selatan menyalurkan bantuan seragam sekolah kepada anak-anak penyintas kebakaran di Jalan Subur Ujung, RT 16/RW 09, Menteng Atas, Setiabudi.

"Kami sebelumnya mendata terlebih dahulu jumlah berapa anak yang membutuhkan setelan rok maupun celana," kata Ketua PMI Jakarta Selatan Abdul Haris.

Haris merinci 20 anak penyintas kebakaran yang membutuhkan seragam sekolah yakni lima perempuan dan enam laki-laki pada jenjang SD, dua perempuan dan dua laki-laki jenjang SMP, serta satu perempuan dan empat laki-laki jenjang SMA.

Dengan adanya bantuan seragam sekolah ini bisa menolong anak-anak untuk kembali bersekolah dan mengenyam pendidikan usai pulih dari rasa takut akibat peristiwa kebakaran.

Tak hanya memberikan seragam, PMI Jakarta Selatan juga memberikan perlengkapan sekolah seperti alat tulis sebanyak 21 paket, 40 paket alat kebersihan, dan 96 sabun mandi batang.

Haris menuturkan rasa simpatinya kepada
para penyintas kebakaran. Dia berharap dengan adanya sejumlah bantuan ini bisa memberikan rasa nyaman dan layak di tempat penampungan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kebon Sawo.

"Saya harap bantuan ini bisa bermanfaat dan semoga kondisi para penyintas bisa kembali pulih usai kebakaran," katanya.

Berdasarkan pantauan di lokasi pada Senin (10/7) lalu, sejumlah bantuan yang masih dibutuhkan oleh warga terdampak kebakaran di kawasan Menteng Atas, Setiabudi, yakni bantal, kasur, pakaian, pakaian dalam, dan seragam sekolah.

Lalu, pembalut, popok, selimut, perlengkapan mandi, makanan instan, sandal jepit, hijab, peci, hingga perlengkapan bayi.

Sebelumnya, kebakaran menghanguskan 20 rumah yang dihuni 160 warga (40 keluarga) di Jalan Subur Ujung, RT 16/RW 09, Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Jumat (7/7) sore sekitar pukul 16.00 WIB.

Kebakaran itu memang masih menyisakan trauma. Namun, seperti halnya Saini, para penyintas kebakaran itu optimistis mampu bangkit kembali.

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023