Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi (2.965 mdpl) sepanjang Rabu pagi berkabut tebal, sehingga pengamatan visual yang dilakukan pos pengamatan hanya mengandalkan hasil rekaman seismograf. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Rabu, menyebutkan pos pengamatan melaporkan cuaca di puncak pada pagi hari berkabut tebal, tetapi hasil rekaman seismograf mencatat gempa fase banyak atau multiphase (MP) 30 kali, gempa guguran 64 kali, tidak terjadi gempa vulkanik dangkal (VTB), awan panas tujuh kali dan gempa tektonik satu kali. Menurut Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Drs Subandriyo, secara umum aktivitas vulkanik Merapi masih tinggi, seperti ditunjukkan dari data kegempaan dan pengamatan visual. Kegempaan didominasi guguran lava pijar serta awan panas. "Status aktivitasnya masih tetap `awas`," sambung dia. Sebelumnya, pada 20 Juni dari pukul 00.00 sampai 24.00 WIB dari Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terjadi awan panas 22 kali meluncur sejauh maksimum 3,5 kilometer ke hulu Kali Gendol. Guguran lava pijar 28 kali dengan jarak luncur maksimum satu kilometer ke hulu Kali Gendol, dan dua kali ke hulu Kali Krasak sejauh maksimum dua kilometer. Sedangkan hasil rekaman seismograf mencatat gempa MP 136 kali, gempa guguran 312 kali, tidak terjadi gempa vulkanik dangkal (VTB), awan panas 38 kali dan empat kali gempa tektonik. "BPPTK masih terus mewaspadai bahaya primer gunung ini yaitu awan panas dan luncuran material vulkanik lain. "Bahaya primer Merapi menjadi fokus perhatian BPPTK saat ini," tandasnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006