Jakarta (ANTARA News) - Laporan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan jutaan anak Indonesia terhambat akibat kekurangan gizi kronik saat balita.
"36 persen balita Indonesia alami kekurangan gizi kronik," tulis pakar gizi dan kesehatan masyarakat, Profesor Ali Khomsan, dalam siaran pers yang diterima ANTARA News Sabtu.
Akibat kekurangan gizi kronik, Riskesdas 2010 juga mencatat, sebanyak 7,8 juta anak Indonesia mengalami keterhambatan pertumbuhan.
"Satu di antara tiga anak balita memiliki ukuran badan yang lebih pendek dari standar tinggi badan yang diharapkan," jelas Ali.
Masalah gizi ini dikatakan Ali juga terkait dengan perkembangan kognitif anak. Akibat kekurangan gizi pada anak, pertumbuhan fisik dan otak tidak optimal. Perkembangan kognitif pun akan ikut mengalami keterhambatan.
Lebih lanjut Ali menekankan bahwa kehadiran Posyandu Peduli Tumbuh -Aktif-Tanggap akan membantu menyelesaikan masalah gizi dan tumbuh kembang anak di Indonesia.
"Posyandu akan menyajikan modul edukasi baru yang berguna bagi para kader sehingga masyarakatpun tertarik untuk datang ke Posyandu guna berkonsultasi dan mengecek status tumbuh-kembang batitanya," kata Ali.
Hal ini penting karena pemberdayaan Posyandu menurut Ali akan berdampak kuat terhadap peningkatan gizi masyarakat, sehingga turut mendukung tercapainya target Millenium Development Goals (MDGs).
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013