...teroris dalam melakukan aksinya tidak lagi menunggu perintah dari amirnya..."

Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengatakan bahwa aksi teroris yang terjadi saat ini tidak lagi menunggu perintah amir atau pimpinannya, tapi dilakukan secara parsial, meskipun muaranya sama.

"Kecenderungan pola teroris dalam melakukan aksinya tidak lagi menunggu perintah dari amirnya dan berkembang satu-satu kelompoknya hal ini yang perlu diwaspadai," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri, Irjen Pol Suhardi Alius di Jakarta, Sabtu.

Selain itu kelompok teroris bukan lagi secara fisik menerima pelatihan bagaimana merakit bom, tapi dengan cara mengunduh situs-situs cara merakit bom dari Internet, katanya.

"Kita minta keterlibatan semua pihak untuk mengatasinya misalnya Kemenkominfo melakukan verfikasi dan seleksi dengan baik konten-konten seperti itu yang makin menyebar di masyarakat. Saat ini, bahan-bahan untuk merakit bom mudah didapat," kata Suhardi.

Dalam mengatasi masalah aksi teroris ini diharapkan semua pihak bersinergi termasuk alim ulama dan jangan hanya diam saja. Bila terjadi aksi teroris yang disalahkan polisi, katanya.

"Kemudian dengan ketatnya transaksi perbankan, para teroris kecenderungan melakukan fa`i untuk memperoleh dana tunai, seperti perampokan yang terjadi di Tambora," kata Suhardi.

Peristiwa perampokan terjadi di Toko Emas "Terus Jaya" di Jalan Jembatan II RT 08/01, Angke, Tambora, Jakarta Barat, berinisial M alias B diketahui terlibat perakitan bom di Beji, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

"Tersangka M alias B sebagai pelaku perampokan Bank CIMB Medan, Sumatera Utara dan tersangka bom Beji di Depok," kata Kepala Polda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Putut Eko Bayuseno di Jakarta, Jumat (15/3).

Putut mengatakan aparat gabungan Polda Metro Jaya, Polres Metro Bekasi dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap tujuh pelaku perampokan toko emas yang terkait jaringan teroris tersebut.

Ketujuh pelaku, yakni M alias B, A, Kodrad alias P yang tewas ditembak petugas karena melawan, serta H, S, P alias A, T, dan Kiting dalam keadaan hidup. (ANT)

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013