"Saya banyak diam bukan berarti tidak bisa bersuara..."

Semarang (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), membantah pernyataan Yulianis bahwa dirinya ikut menerima uang dari proyek Hambalang, dan menilai hal itu mencemarkan namanya.

"Saya tidak mengenal Yulianis. Saya juga tidak mengenal Mindo. Tuduhan tersebut sudah mencemarkan nama saya. Sudah saya katakan sebelumnya, 1.000 persen itu tidak benar," kata Ibas melalui surat elektronik kepada ANTARA News di Semarang, Sabtu.

Ibas menilai tudingan-tudingan yang selama ini tujukan kepadanya adalah tuduhan lama yang diulang-ulang, dan sumbernya tidak valid.

"Saya sudah sering dituduh. Penuduhnya pun sudah tervonis dan diketahui. Uang Century, uang Hambalang, atau apa pun itu yang berhubungan dengan kasus-kasus yang selama ini beredar, jangan sampai hal ini terus terulang apalagi saya sudah berkali-kali menegaskan hal itu tidak benar. Saya tidak menerima apa pun," katanya.

Ibas menjelaskan bahwa dirinya justru ingin mengetahui pihak mana yang sengaja menggunakan namanya untuk kepentingan kelompok tertentu.

"Saya Ketua SC Kongres Partai Demokrat di Bandung, dan saya tidak menerima uang apa pun. Justru saya ingin tahu siapa yang dimaksud dan siapa yang mengatasnamakan saya bila benar uang itu diatasnamakan saya," jelas Ibas.

Ia mengemukakan,"Saya banyak diam bukan berarti tidak bisa bersuara dan menuntut keadilan atas upaya-upaya yang merusak nama baik saya."

Ibas curiga ada kepentingan politik di balik tudingan-tudingan yang dialamatkan kepadanya.

"Saya bertanya-tanya, ada kepentingan politik besar apa di balik isu-isu itu yang menginginkan saya masuk dalam pusaran?" jelasnya.

Ibas juga berharap media dapat objektif dan profesional terkait dengan isu tersebut.

"Saya menghargai kebebasan pers, tetapi kebebasan pers yang beretika dan berdasarkan kode etik jurnalistik agar ke depannya pers dapat menjaga profesionalitas profesinya," demikian Edhie Baskoro Yudhoyono.

Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013