Krisis Suriah meletus pada pertengahan Maret 2011.
Damaskus (ANTARA News) - Bentrokan yang berkecamuk di pinggiran Ibu Kota Suriah, Damaskus, dan tempat bergolak lain di seluruh negeri itu antara prajurit pemerintah dan gerilyawan bersenjata menandai tahun kedua konflik Suriah, Jumat (15/3).
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, yang berpusat di London, Inggris, menyatakan sebanyak 18 warga sipil tewas pada hari Jumat akibat pemboman tentara pemerintah terhadap pinggiran Damaskus, Muadamieh, Douma, Hammourieh, Saqba, dan Kota Kecil Pelancongan, Zabadani.
Di Provinsi Aleppo, Suriah utara, Front An-Nusra--yang memiliki hubungan dengan Al Qaida dan didukung kelompok garis keras lain--berhasil menyerbu Batalion Persenjataan di Kota Kecil Khan Touman, setelah bentrokan sengit yang telah berkecamuk di daerah itu sejak Kamis malam (14/3), demikian kata Observatorium.
Dalam aksi itu, amunisi dalam jumlah beberapa truk telah dibawa pergi oleh penyerang dari depot yang mereka rebut.
Bentrokan itu telah menewaskan 18 prajurit dan 14 petempur dari An-Nusra, demikian dikutip Xinhua.
Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, menyatakan "pelaku teror" menyerang tembakan mortir daerah permukiman dan tempat ibadah di permukiman As-Sulaimanieh di Kota Aleppo, sehingga menimbulkan kerusakan materil tapi tak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Kantor berita resmi itu juga melaporkan operasi militer pemerintah di banyak daerah bergolak di seluruh negeri tersebut.
Krisis Suriah meletus pada pertengahan Maret 2011. Krisis itu berawal dari protes damai guna menuntut pembaruan dan kebebasan tapi dengan cepat berubah menjadi aksi perlawanan bersenjata.
PBB menyatakan lebih dari 70.000 orang telah tewas dan jutaan orang lagi menjadi pengungsi di dalam negeri mereka serta ke negara lain selama krisis dua tahun tersebut.
(C003)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013