Bangkok (ANTARA) - Pita Limjaroenrat pada Kamis gagal dalam upaya pertamanya menjadi perdana menteri baru Thailand setelah gagal dalam pemungutan suara parlemen yang diwarnai oleh ketidakhadiran sejumlah anggota parlemen dan hampir 200 lainnya menyatakan abstain.

Pemimpin Partai Move Forward yang memenangkan pemilu 14 Mei lalu itu, memang menjadi calon tunggal dalam pemilihan perdana menteri itu, tetapi dia kesulitan mengumpulkan dukungan lebih dari separuh dari total 749 anggota parlemen bikameral, kendati didukung aliansinya yang terdiri dari delapan partai.

Pita bisa mengikuti pemungutan suara susulan yang diperkirakan digelar pekan depan, jika dia masih dicalonkan lagi.

Partai Move Forward yang progresif dan mitra koalisinya, Pheu Thai, yang mengalahkan partai-partai konservatif pro militer dalam pemilu 14 Mei, dianggap secara luas sebagai simbol penolakan keras terhadap pemerintahan yang dipimpin atau didukung militer royalis yang sudah berkuasa hampir sepuluh tahun.

Pemungutan suara Kamis ini adalah ujian penting untuk kekuatan politik Pita dan menjadi parameter oposisi untuk agenda antikemapanan yang dibawa partainya.

Agenda itu meliputi upaya meminggirkan militer dari politik, menghentikan monopoli bisnis dan mengamandemen undang-undang yang menjatuhkan hukuman penjara yang lama kepada penghina monarki.
Baca juga: Digugat di MK, Pita Limjaroenrat terancam tidak bisa jadi PM Thailand

Kekalahan Pita menjadi pukulan tersendiri bagi politisi berusia 42 tahun jebolan Amerika Serikat itu.

Dalam dua hari terakhir ini dia sudah mendapatkan dua hantaman politik berupa tuntutan hukum terhadapnya yang terjadi sehari sebelum pemungutan suara untuk memiliki perdana menteri baru tersebut.

Salah satu tuntutan hukum itu adalah rekomendasi untuk mendiskualifikasi Pita, yang kemudian mendorong ratusan demonstran berkumpul dan memperingatkan untuk melancarkan protes demi memastikan Move Forward berkuasa.

Tekad Pita dalam mewujudkan agenda Move Forward telah membuatnya berseberangan dengan kaum konservatif dan keluarga-keluarga kaya yang sudah membayangi politik Thailand selama puluhan tahun. Mereka diperkirakan berusaha mengganggu Pita di parlemen.

Meskipun memenangkan pemilu dengan besar kaum muda dan sangat populer di ibu kota Bangkok, Pita diharuskan memenangkan separuh dari total 249 anggota Senat yang berkecenderungan konservatif dan ditunjuk oleh militer setelah kudeta 2014.

Sumber: Reuters

Baca juga: Thailand kembali diintai krisis politik
Baca juga: Komisi pemilihan Thailand akan selidiki calon PM Pita

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023