Enterovirus 11 dapat diidentifikasi melalui real time PCR
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril mengatakan Enterovirus-11 (Echovirus-11) belum ditemukan di Indonesia maupun negara ASEAN.
"Berdasarkan penelusuran platform Bluedot, Enterovirus belum terdeteksi di Indonesia maupun negara-negara ASEAN," kata Mohammad Syahril dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan yang sempat terdeteksi di Laboratorium Nasional Sri Oemijati berjenis Enterovirus 71 (EV-71) karena termasuk program surveilans penyakit tangan, kaki, dan mulut (Hand, Foot, and Mouth Disease/HFMD).
Namun untuk Enterovirus-11 yang menyerang sejumlah bayi baru lahir di Eropa hingga saat ini belum dilakukan pemeriksaan, kata Syahril.
Ia mengatakan, saat ini terdapat tiga laboratorium diagnosis yang dapat mengidentifikasi Enterovirus-11 di Indonesia, yakni Laboratorium Sri Oemijati Jakarta, Laboratorium Biofarma Bandung, dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
"Alat diagnosis Enterovirus di laboratorium dengan identifikasi kultur dan PCR untuk Enterovirus 71 dan polio virus. Untuk Enterovirus 11 dapat diidentifikasi melalui real time PCR dan sekuensing," katanya.
Baca juga: Kemenkes sediakan alat diagnosis Enterovirus di Laboratorium Oemijati
Baca juga: China Serius Tangani Penyakit HFMD
Syahril menambahkan upaya mencegah Enterovirus secara umum adalah dengan menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan secara baik sebagai metode pencegahan utama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (7/7) mengumumkan sebanyak 26 bayi di sejumlah negara Eropa terinfeksi Enterovirus. Delapan dari bayi tersebut meninggal setelah gagal organ dan sepsis.
Kasus infeksi Enterovirus dilaporkan dari Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Sebagian besar kematian dilaporkan dari Prancis.
Kasus Enterovirus-11 diidentifikasi pada awal 2022. Setidaknya setengah dari 26 kasus dilaporkan sejak akhir musim semi 2023.
Baca juga: Wabah HFMD Serang 24.934 Anak di China
Baca juga: Kasus HFMD di Cina Meningkat
Baca juga: Kemenkes: WHO belum klasifikasikan EU.1.1 virus yang harus diwaspadai
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023