Manokwari (ANTARA) - Pria berseragam cokelat dengan logo Satuan Pembina Masyarakat (Binmas) Kepolisian Resor Kota Manokwari, tersenyum. Tak banyak yang mengenal pria kelahiran Manokwari, Papua Barat, 1 September 1984, itu .

Ia merupakan satu dari empat anggota kepolisian di wilayah hukum Polda Papua Barat yang menerima penghargaan pada HUT Ke-77 Bhayangkara. Namanya Septinus Arui, anggota Polri asli Papua berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka).

Penghargaan itu diterima Bripka Septinus atas dedikasinya selama mengemban tugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Kampung Arfu, Polsek Saukorem, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya.

"Saya bertugas menjadi Bhabinkamtibmas sejak 2014 dengan 10 kampung binaan," kata Bripka Septinus Arui, ketika ditemui ANTARA.

Sebagai anggota Polri orang asli Papua, Septinus sangat memahami karakter masyarakat pedalaman. Setiap hari ia mengunjungi satu per satu kampung binaan, sembari menampung keluhan masyarakat terkait masalah kamtibmas, sosial, dan ekonomi.

Suatu ketika Septinus mengujungi Kampung Wasnembri, Distrik Mubrani, dan mendengar keluhan masyarakat tentang kondisi Sekolah Dasar 102 yang memprihatinkan.
Aktivitas belajar mengajar di sekolah itu tidak berjalan normal karena keterbatasan guru. Hatinya tergerak untuk menyelamatkan pendidikan bagi generasi muda Papua di wilayah pedalaman.

Septinus kemudian berkomunikasi dengan seorang pengawas dari sekolah menengah pertama di Mubrani. Selang beberapa hari, pengawas SMP bersama Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan pada Dinas Pendidikan Tambrauw mendatangi Kampung Wasnembri untuk melihat langsung kondisi SD 102.

Jumlah siswa SD 102 ada 30 orang, sedangkan guru hanya satu orang yang berdomisili di Kabupaten Manokwari. Kondisi itu mengakibatkan aktivitas sekolah hanya terlihat ketika ada ujian sekolah.

"Waktu itu, pak kabid pendidikan tanya ke saya bisa mengajar? Saya jawab bisa pak," ucap Septinus Arui.

Sebelum mengajar, Bripka Septinus mengikuti pelatihan menjadi guru dan tata kelola data pokok pendidikan (Dapodik) di Kota Sorong. Setelah mengikuti pelatihan beberapa hari, Bripka Septinus mulai mengajar dengan segala keterbatasan sarana prasarana.

Puluhan siswa dikumpulkan dalam satu ruangan kelas guna memudahkan proses belajar, mulai dari menulis, membaca, dan berhitung.


Dijalani dengan tulus

Hari-hari berlalu, SD 102 Wasnembri kembali beroperasi, meski hanya memiliki dua guru, termasuk Bripka Septinus. Sembari mengajar, Bripka Septinus juga tetap melaksanakan tugasnya sebagai Bhabinkamtibmas.

Melihat ketulusan hati Bripka Septinus, Dinas Pendidikan Tambrauw mempercayakannya mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun, ia menyadari bahwa dirinya adalah anggota Polri, bukan pegawai negeri sipil.

Permintaan itu kemudian dikoordinasikan dengan pimpinan di Polsek Amberbaken.
Atas saran pimpinannya, ia menolak permintaan Dinas Pendidikan Tambrauw untuk mengelola dana BOS SD 102 Wasnembri. Alasannya, khawatir di kemudian hari hal itu bisa menjadi temuan masalah.

Tahun 2019, Dinas Pendidikan Tambrauw menunjuk satu orang penjabat sementara (Pjs) Kepala SD 102 Wasnembri karena kepala sekolah definitif meninggal dunia. Bripka Septinus turut berkontribusi dalam penginputan dapodik dengan membantu Pjs kepala sekolah kurang menangani masalah itu.

Ia kemudian berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Tambrauw agar segera menambah satu guru, karena ia khawatir jika dimutasi, maka SD 102 Wasnembri kembali kekurangan guru. Tahun 2020 sudah mulai ada tambahan guru di sekolah itu.

Atas dedikasinya, Bripka Septinus dianugerahi tiga penghargaan, yaitu penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Tambrauw, Dinas Pendidikan Kabupaten Tambrauw, dan Kapolres Manokwari, yang waktu itu dijabat oleh AKBP Adam Erwindi.

Meski sudah pindah ke Satbinmas Polres Manokwari, tapi kepala sekolah masih mempercayakan Bripka Septinus masuk dalam pengurus komite sekolah.

Tak hanya menjadi guru, Bripka Septinus juga aktif memberikan pelayanan gereja dan dipercaya menjadi Koordinator Persekutuan Kaum Bapa tingkat Klasis Ambarbaken sejak 2017. Awal tahun 2022, Bripka Septinus dimutasi ke Satbinmas Polresta Manokwari.

Warga kampung sedih karena Septinus sudah menjadi bagian dari keluarga mereka. Berkat pengorbannya, SD 102 Wasnemberi kembali beraktivitas sesuai ekspektasi masyarakat setempat. Setiap akhir pekan ia berkunjung ke Kampung Wasnembri. Kala itu, tangis haru mewarnai perpindahan dan perpisahan Bripka Septinus.

Bripka Septinus Arui (kiri) bersalaman dengan Kapolda Papua Barat Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga, pada kegiatan pekan UMKM di Manokwari. (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)

Hidup keterbatasan

Hidup dalam keterbatasan sejak kecil, tak membuat Bripka Septinus Arui menyerah. Saat usianya beranjak tiga tahun, ia kehilangan sosok ibu. Septinus tinggal bersama neneknya di Kampung Sarai, Distrik Sidey, Kabupaten Manokwari. Si nenek tidak punya rumah, sehingga harus tinggal berpindah-pindah dari satu rumah sanak keluarga ke sanak keluarga lainnya.

Tahun 1995, Septinus masuk Sekolah Dasar (SD) Inpres Sidey Makmur. Jarak tempuh dari rumah menuju SD Inpres Sidey kurang lebih 10 kilometer. Setiap pukul 05.30 WIT (Senin-Sabtu), Septinus bersama temannya berjalan kaki menuju sekolah agar tidak terlambat mengikuti pelajaran.

Meskipun demikian, tidak jarang, setiap Senin mereka beberapa kali terlambat mengikuti upacara bendera.

Kala itu, seragam yang ia gunakan bukan seragam merah putih, karena tak sanggup membeli seragam sekolah. Setiap hari Septinus hanya mengenakan satu celana dan baju pramuka. Pakaian itu digunakan sejak kelas satu hingga kelas empat.

Untuk membeli seragam merah putih, Septinus menjual satu ekor babi yang ia pelihara bersama neneknya.

Selama dia menjalani masa kanak-kanak, satu pasang pakaian bisa dipakai sampai satu tahun. Menyadari bahwa neneknya tidak memiliki banyak uang, membuat Septinus tidak pernah protes dengan kondisi itu.

Tahun 1997, ia kehilangan sosok nenek yang telah memeliharanya dari kecil. Hal itu membuatnya sempat berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah. Namun, semangatnya kembali membara demi memperbaiki nasib di masa depan.

Untuk bertahan hidup, Septinus mengikuti warga lainnya berburu di hutan agar mendapatkan pembagian dari hasil tangkapan yang dijual ke pasar. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan salah seorang kerabatnya yang berprofesi sebagai tenaga medis di Puskesmas Kampung Sarai.

Kerabat itu memberikan bantuan bagi Septinus guna menyelesaikan pendidikan dasar dan melanjutkan ke pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Sidey, Kabupaten Manokwari.

Septinus bersyukur karena mendapatkan beasiswa selama menempuh pendidikan tingkat pertama. Usai jam sekolah, ia manfaatkan untuk mencari pekerjaan serabutan agar bisa mendapat tambahan biaya hidup.

Setelah tamat SMP, Septinus melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Manokwari. Biaya pendidikan semasa SMA juga dibantu oleh kerabatnya. Ia bersyukur, dengan ketebayasan ekonomi, ia masuk 10 besar di sekolah.

Setelah tamat SMA, Septinus bekerja dengan salah seorang anggota legislatif. Upah yang diterima ia simpan guna melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Tahun 2007, Septinus mengikuti seleksi Bintari Polri jalur reguler, tapi belum beruntung.

Selang beberapa bulan, penerimaan Bintara Polri jalur otonomi khusus dibuka. Septinus mencoba mengikuti seleksi dan dinyatakan lolos mengikuti pendidikan untuk menjadi anggota Polri. Setelah bertugas di Sabhara, ia dimutasi ke Satuan Lalu Lintas Polres Manokwari dan sempat menjadi ajudan Kapolres Manokwari.

Kemudian, Bripka Septinus Arui ditugaskan menjadi Bhabinkamtibmas di Kampung Arfu, Polsek Saukorem. Pada 2008, ia mengikuti pendidikan di Singaraja, Bali. Hingga pada 2009 ia ditugaskan di Sabhara Polres Manokwari.


Pembinaan

Kapolda Papua Barat Inspektur Jenderal Polisi Daniel Tahi Monang Silitonga mengatakan pencapaian kualitas kerja harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan kompetensi dari setiap personel Polri.

Oleh sebabnya, strategi pengembangan sumber daya Polri yang dilakukan adalah mengikutsertakan setiap personel dalam berbagai program pembinaan dan pelatihan.

Kapolda menemukan data, ada anggota yang semenjak menjadi polisi belum pernah ikut pelatihan, sehingga personel itu yang diprioritaskan mengikuti pelatihan atau pendidikan.

Bripka Septinus Arui adalah satu dari sekian anggota Polri yang menunjukkan dedikasi tinggi hingga di luar tugas utamanya. Lewat pengabdian anggota polisi seperti Bripka Septinus Arui, kehadiran negara bagi pemenuhan hak-hak warga negara betul-betul dapat dirasakan.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023