Seorang haji Aceh wafat usai jalani perawatan 14 hari di RS Mekkah

Ibu Rohani binti Ibrahim Umar, jamaah Kloter BTJ-06 telah berpulang ke Rahmatullah di Rumah Sakit Mekkah. Semoga Allah terima segala amalannya

Banda Aceh (ANTARA) - Seorang haji asal Kabupaten Bireuen, Aceh, Rohani (66), yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) BTJ-06 meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, setelah 14 hari menjalani perawatan medis.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) Embarkasi Aceh Azhari, di Banda Aceh, Kamis, mengatakan Rohani meninggal dunia pada Rabu (12/7) sekitar pukul 09.30 Waktu Arab Saudi (WAS).

"Ibu Rohani binti Ibrahim Umar, jamaah Kloter BTJ-06 telah berpulang ke Rahmatullah di Rumah Sakit Mekkah. Semoga Allah terima segala amalannya," katanya.

Peserta haji yang memegang paspor bernomor C6320317 itu meninggal dunia di Rumah Sakit King Abdul Aziz, Mekkah.

Menurut Azhari, Rohani seharusnya sudah kembali ke Aceh pada 9 Juli 2023 lalu, namun harus ditunda karena masih menjalani perawatan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah.

Dalam sertifikat kematian (CoD) yang dikeluarkan KKHI Mekkah, Rohani diduga asidosis metabolik akut (severe metabolic acidosis), karena terganggunya aliran darah (septic shock) dan gagal ginjal kronis.

“Ia dirujuk ke RS King Abdul Aziz pada 11 Juli 2023,” katanya.

Sebelumnya Rohani pernah dirawat di RS Al Noer, Mekkah, pada 29 Juni 2023 setelah puncak ibadah haji. Setelah dirawat selama tiga hari, peserta haji ini kemudian dipindahkan ke KKHI Mekkah pada 3 Juli 2023.

Selain itu, kata dia, Rohani juga pernah dirawat di Madinah pada 30 Mei 2023 sehari setelah tiba di Madinah dari Aceh. Setelah keberangkatan ke Mekkah, Rohani dirawat di KKHI Mekkah sejak 9-23 Juni menjelang puncak haji.

“Pihak maktab sudah melakukan proses pengurusan jenazah dan fardu kifayah. Almarhumah dimakamkan di Syaraya," katanya.

Sejauh ini Azhari menambahkan jamaah haji Aceh yang meninggal dunia di Arab Saudi bertambah menjadi sembilan orang dan tiga diantaranya peserta haji yang berasal dari Lhokseumawe, dua orang dari Aceh Utara, Bireuen dua orang, dan masing-masing satu orang Aceh Barat dan Banda Aceh.