New York (ANTARA News) - Bursa saham Wall Street terus menguat pada Kamis (Jumat pagi WIB), didukung data kuat lapangan pekerjaan AS dan sentimen pasar yang "bullish", mengirim indeks S&P 500 mendekati posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Indeks S&P 500, indikator berbasis luas yang mencakup semua segmen utama dari ekonomi AS, berakhir pada 1.563,23 atau naik 8,71 poin (0,56 persen). Rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah adalah 1.565,15 yangterjadi pada Oktober 2007, lapor AFP.
Indeks S&P 500 tampak mengikuti jejak Dow Jones Industrial Average, yang memecahkan rekor tertingginya sepanjang masa untuk kedelapan hari berturut-turut, ditutup pada 14.539,14, atau naik 83,86 poin (0,58 persen).
Sementara indeks komposit teknologi Nasdaq naik 13,81 poin (0,43 persen) menjadi 3.258,93.
Perdagangan didorong oleh berita bahwa klaim pengangguran AS menurun untuk ketiga minggu berturut-turut, jatuh 10.000 menjadi 332.000.
"Pasar saham cenderung untuk mengarahkan ekonomi, apakah ekonomi ekspansi atau kontraksi, untuk sekitar enam bulan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di Standard & Poor`s.
"Implikasinya adalah bahwa investor percaya ekonomi AS dan juga ekonomi global kemungkinan akan memperlihatkan peningkatan dalam lintasannya secara keseluruhan," Stovall menambahkan.
Ekuitas perbankan berada di antara pencetak kenaikan (gainer) terbesar, dengan JPMorgan Chase meningkat 1,7 persen, Bank of America menambahkan 0,4 persen dan Goldman Sachs naik 1,4 persen.
Tetapi beberapa perusahaan teknologi mengalami penurunan besar. Amazon mundur 3,4 persen, Netflix merosot 2,1 persen dan E*TRADE Financial turun 8,2 persen.
EMC dan VMware menambahkan keuntungan untuk kedua hari beruntun setelah meluncurkan inisiatif bersama baru mereka yang ambisius untuk sebuah perusahaan pengolahan data. Saham EMC naik 2,9 persen, sedangkan VMware naik 4,6 persen.
Harga obligasi jatuh. Imbal hasil pada obligasi negara 10-tahun naik menjadi 2,03 persen dibandingkan dengan 2,02 persen pada Rabu, sementara yield pada obligasi 30-tahun naik menjadi 3,24 persen dari 3,22 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013