"Saya melihat sistem `contra flow` seperti yang diberlakukankan PT Jasa Marga di jalan tol Cawang-Semanggi bukanlah solusi tepat untuk memecahkan masalah kemacetan. Itu hanya sekedar solusi jangka pendek,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi V DPR RI Mohammad Syahfan Badri Sampurno menilai bahwa sistem lawan arus atau `contra flow` di ruas jalan tol bukanlah solusi efektif, melainkan hanya sebagai solusi jangka pendek, untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.

"Saya melihat sistem `contra flow` seperti yang diberlakukankan PT Jasa Marga di jalan tol Cawang-Semanggi bukanlah solusi tepat untuk memecahkan masalah kemacetan. Itu hanya sekedar solusi jangka pendek," kata M. Syahfan dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi V di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Kamis.

Dia juga mengatakan, rencana PT Jasa Marga untuk memberlakukan sistem `contra flow` di jalur tol Slipi-Grogol mulai Km 15.200 hingga Km 12.400 dan di ruas jalan tol Cawang-Rawamangun mulai Km 00.200 hingga Km 6 juga tidak akan efektif karena sistem lawan arus justru dapat menganggu arus lalu lintas di jalan tol, khususnya pada saat volume kendaraan dari arah sebaliknya juga padat.

Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah harus secepatnya mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan, salah satunya dengan membangun sistem transportasi massal yang terkoneksi secara terpadu di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

"Saya apreasiasi rencana pemerintah akan memberlakukan sistem `contra flow` di ruas jalan tol Grogol-Slipi dan Cawang-Rawamangun. Namun, saya kira harus lebih diutamakan membangun sistem transportasi massa yang terkoneksi," katanya.

Dia berpendapat tingginya volume kendaraan pribadi yang masuk ke wilayah Jakarta dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada hari kerja merupakan dampak dari sistem transportasi yang disediakan pemerintah belum dapat memenuhi jumlah kebutuhan masyarakat serta belum optimal memberikan kenyamanan pada pengguna kendaraan umum.

"Misalnya, seperti angkutan kereta api, pada saat jam-jam sibuk jumlah penumpang sangat membludak dan berimpitan jauh dari kenyamanan pengguna. Hal itu mendorong kalangan menengah ke atas lebih memilih memakai mobil pribadi walaupun harus menghadapi macet parah," ujarnya.

"Maka tingginya jumlah pengguna mobil pribadi menuju Jakarta dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada hari kerja, tidak lain disebabkan transportasi massal yang disediakan pemerintah jauh dari memuaskan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas," kata Syahfan menambahkan.

Oleh sebab itu, dia berharap pemerintah segera dapat menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
(*)

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013