Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,69 persen, bersiap untuk kenaikan hari ketiga berturut-turut
Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia naik, sementara dolar tergelincir ke tingkat terendah dua bulan pada Rabu, menjelang laporan inflasi AS penting yang akan membantu mengukur apakah Federal Reserve berada di akhir kebijakan kenaikan suku bunganya yang agresif.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,69 persen, bersiap untuk kenaikan hari ketiga berturut-turut. Indeks naik 2,0 persen sejauh minggu ini dan menuju kenaikan mingguan terbaiknya dalam sebulan.
Di Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 berakhir naik 0,38 persen, sedangkan Nikkei Jepang ditutup 0,81 persen lebih rendah.
Saham-saham unggulan China indeks SCI 300 ditutup melemah 0,67 persen, indeks Komposit Shanghai tergelincir 0,78 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong berakhir 1,08 persen lebih tinggi.
Pada Senin (10/7/2023), China memperpanjang beberapa kebijakan untuk menopang sektor real estat hingga akhir tahun 2024, memicu ekspektasi akan lebih banyak stimulus.
Investor memusatkan perhatian pada laporan inflasi di kemudian hari, dengan para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen naik 3,1 persen pada Juni, setelah kenaikan 4,0 persen pada Mei.
Baca juga: Saham Asia dibuka menguat dan dolar jatuh, jelang data inflasi AS
Baca juga: Saham Asia naik dipicu harapan kenaikan Fed berhenti, stimulus China
Inflasi inti diperkirakan turun untuk bulan ketiga menjadi 5,0 persen dari 5,3 persen, meskipun itu lebih dari dua kali lipat target Fed 2,0 persen.
"Saya pikir ada sedikit kegugupan menjelang IHK (Indeks Harga Konsumen)," kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Capital. "Ada optimisme bahwa itu akan menunjukkan penurunan lebih lanjut tetapi ada juga kesadaran bahwa inflasi inti telah persisten".
Oliver mengatakan pasar mengalami reli yang baik hingga Juni, terutama di AS, dan itu membuatnya sedikit rentan terhadap jeda atau konsolidasi.
Pasar memperkirakan peluang 92 persen untuk kenaikan Fed 25 basis poin akhir bulan ini, alat CME FedWatch menunjukkan, tetapi tetap ragu akan kenaikan lebih lanjut setelah itu.
Ahli strategi Saxo Markets mengatakan para pedagang kemungkinan akan terus mempertahankan peluang untuk kenaikan suku bunga September dan November yang rendah jika inflasi inti melambat seperti yang diantisipasi.
Pejabat Fed telah mengindikasikan mereka berharap untuk menaikkan suku bunga setidaknya 50 basis poin lagi karena mereka mengatasi tekanan harga yang terus-menerus.
Perhatian investor juga akan tertuju pada keputusan kebijakan dari Bank Sentral Kanada (BoC), dengan para analis memperkirakan kenaikan suku bunga seperempat poin kedua berturut-turut.
Pada Juni, bank sentral menaikkan suku bunga overnight ke level tertinggi 22 tahun di 4,75 persen setelah jeda lima bulan, mengatakan kebijakan moneter tidak cukup ketat. Kemudian dikatakan langkah lebih lanjut akan tergantung pada data ekonomi.
Kepala ekonom Betashares, David Bassanese mengatakan itu masih jauh dari kejelasan bahwa resesi pada akhirnya tidak akan diperlukan untuk menurunkan inflasi secara berkelanjutan, mengutip pasar tenaga kerja yang ketat dan tingkat inflasi sektor jasa yang kaku.
"Ketakutan besar yang tersisa di antara bank sentral adalah bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan inflasi, semakin besar risikonya," kata Bassanese dalam sebuah catatan.
Laporan keuangan kuartal kedua dimulai minggu ini, dengan hasil dari beberapa institusi terbesar Wall Street, termasuk JPMorgan, Citigroup dan Wells Fargo.
Bank-bank Wall Street diperkirakan melaporkan keuntungan yang lebih tinggi untuk kuartal kedua karena kenaikan pembayaran bunga mengimbangi penurunan dalam pembuatan kesepakatan.
Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,167 persen pada 101,43, merosot ke serendah 101,34, terendah dalam dua bulan.
Baca juga: Saham Asia dibuka naik, investor incar kenaikan Fed dan stimulus China
Baca juga: Saham Asia dibuka lebih rendah di tengah obligasi yang bergejolak
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023