London (ANTARA News) - Harga minyak mentah bervariasi pada Rabu, menyusul rilis data AS termasuk angka penjualan ritel yang kuat dan setelah penurunan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia, kata para analis.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun 86 sen menjadi 108,85 dolar AS per barel pada akhir transaksi London, lapor AFP.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 23 sen menjadi 92,77 dolar AS per barel.
Harga minyak New York naik karena data resmi menunjukkan penjualan ritel AS meningkat tajam pada Februari meskipun ada kenaikan pajak gaji.
Penjualan ritel dan jasa makanan naik sebesar 1,1 persen dari Januari, Departemen Perdagangan mengumumkan, jauh lebih kuat dibandingkan dengan kenaikan 0,5 persen yang diperkirakan oleh analis.
Penjualan bensin di SPBU melonjak 5,0 persen, setelah kenaikan 3,6 persen pada Januari, karena harga bensin melonjak selama periode tersebut.
Di tempat lain, Departemen Energi AS mengatakan persediaan minyak mentah naik pada pekan lalu di ekonomi terbesar dunia itu -- sebesar 2,6 juta barel, menunjukkan lemahnya permintaan.
"Harga AS menunjukkan sedikit reaksi terhadap berita karena investor masih menyambut rilis data utama lainnya hari ini -- penjualan ritel -- yang datang lebih baik dari yang diharapkan," kata Fawad Razaqzada, seorang analis di GFT Markets.
Tekanan pada harga Brent "adalah perkiraan permintaan minyak dari tiga lembaga minyak terkemuka," kata analis Commerzbank Carsten Fritsch.
"Tanpa peningkatan permintaan atau pemotongan lebih lanjut dalam produksi OPEC, pasar minyak global tetap akan kelebihan pasokan, yang mungkin menjelaskan mengapa harga minyak telah berkinerja buruk dibanding pasar ekuitas akhir-akhir ini," tambahnya.
Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu mengurangi proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk kedua bulan berturut-turut, menggarisbawahi dampak dari ketidakpastian pembicaraan anggaran AS, aktivitas bisnis China yang lesu dan pengangguran tinggi di Eropa.
IEA yang berbasis di Paris, merupakan unit monitoring dan kebijakan minyak Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), memperkirakan bahwa permintaan minyak akan berjumlah 90,6 juta barel per hari tahun ini, sebuah pemotongan 60.000 barel dari perkiraan pada Februari.
"Lingkungan ekonomi makro mendukung permintaan minyak, menunjukkan sedikit tanda perbaikan jangka pendek," katanya dalam sebuah laporan.
"Serangkaian perkembangan terakhir, termasuk `sequester` (pemangkasan anggaran) AS, sentimen bisnis China yang memburuk dan berlanjutnya penurunan lapangan pekerjaan di Eropa memberikan dukungan terhadap proyeksi pertumbuhan permintaan IEA," jelas IEA.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Selasa, mempertahankan proyeksi permintaan minyak mentah 2013, namun meningkatkan ekspektasinya atas pertumbuhan produksi oleh pemasok non-OPEC sebesar 11 persen menjadi 1,0 juta barel per hari.
OPEC memperkirakan pertumbuhan oleh pemasok non-OPEC datang terutama dari Amerika Utara.
"Sementara pasokan bergerak maju, permintaan tetap. Ini menempatkan premi negatif pada minyak berjangka," kata Jason Hughes, kepala manajemen klien premium IG Markets di Singapura.
Kartel yang menyumbang sekitar 35 persen dari pasokan minyak dunia itu, memperkirakan permintaan minyak mentah global 89,7 juta barel per hari pada tahun ini, naik 0,8 juta dari 2012.
Badan Informasi Energi AS pada Selasa menurunkan proyeksinya untuk rata-rata harga WTI dan Brent tahun ini.
Lembaga itu memproyeksikan harga Brent akan jatuh ke rata-rata 108 dolar AS per barel pada tahun ini dari 112 dolar AS pada tahun lalu. Harga WTI diperkirakan turun sedikit tahun ini, tetapi akan tetap di sekitar 92 dolar AS per barel sampai dengan 2014, katanya dalam prospek energi jangka pendek. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013