Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Indonesia (PB PABSI) akan menjatuhkan sanksi kepada atlet binaraga kelas 70 kilogram, Iwan Samurai, karena terbukti positif doping.
"Kami akan melanjutkan rekomendasi dari LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia), dengan melarangnya mengikuti segala turnamen selama dua tahun," kata Sekretararis Umum PB PABSI, Sonny Kasiran, di Jakarta, Rabu.
Dari hasil pemeriksaan urine Iwan ditemukan zat golongan diuretic atau furosemide yang masuk dalam daftar terlarang code-anti doping S5. Obat tersebut disinyalir untuk menghapus jejak penggunaan doping dengan cara diminum.
Setelah ditemukan hasil tersebut, Iwan yang merupakan atlet asal Sumatera Barat itu diberikan kesempatan untuk menjalani hearing atau dengar pendapat pada akhir Februari lalu.
Pada tanya jawab secara kekeluargaan itu dihadiri oleh pihak-pihak terdekat seperti pelatih, pengurus PABSI, serta istri Iwan.
"Ia mengaku saat pemeriksaan doping, urine-nya lama tidak keluar lalu ada seorang pria yang memberi dua kapsul kepada istrinya untuk mempercepat keluar air seni," kata Sekretaris Dewan Anti Doping Kemenpora, Nyoman Winata.
Ketua Dewan Disiplin Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), Cahyo Adi, menambahkan bahwa pengakuan tersebut dinilai tidak masuk akal karena setiap orang yang akan dites doping akan selalu didampingi oleh petugas serta oleh petugas pengambil urine.
"Tetapi dari orang-orang itu tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kalau kejadian itu benar adanya. Pembelaannya tidak masuk akal. Apalagi selama bertahun-tahun ia selalu diwanti-wanti pelatihnya agar berhati-hati menggunakan vitamin," jelas Cahyo.
Cahyo menambahkan gelar dan medali emas yang diraih Iwan pada PON 2012 lalu juga akan dicabut. Ia merupakan satu dari delapan atlet yang terbukti positif doping dari hasil tes di laboratorium medis Badan Antidoping Asia tenggara, Mahidol, di Bangkok, Thailand.
Enam atlet lainnya terbukti positif namun mengajukan banding menolak hasil pemeriksaan. Dari sampel atlet-atlet yang berasal dari balap sepeda, judo, wushu, dan dayung itu dilakukan pemeriksaan ulang dari sampel B dengan biaya sendiri.
Sedangkan satu lagi masih dianalisis karena temuannya tidak wajar, apakah itu zat dari luar atau hormon pertumbuhan.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013