Sana'a, Yaman (ANTARA News) - Sudah lima tahun berlalu sejak anak perempuan Yaman bernama Nujood Ali dikenal sebagai janda termuda di dunia setelah kabur dari pria yang membelinya sebagai pengantin pada umur sembilan tahun.
Kisah pernikahan dini Nujood dan kemenangannya di pengadilan diterbitkan dalam buku "Saya Nujood, Usia 10 dan Janda", yang laris di pasaran.
Namun royalti buku yang seharusnya digunakan untuk membayar biaya sekolah gadis itu dan mewujudkan mimpinya menjadi pengacara disalahgunakan sang ayah, yang kini menjual adiknya kepada seorang pria yang umurnya dua kali lipat dari sang adik.
"Ayahku telah menghabiskan uang itu untuk menikah dua kali," kata dia dengan gelisah, jari-jarinya berhias henna.
Seperti dikutip dari laman Guardian, Nujood (15) masih merasa sulit membicarakan pernikahan dan mantan suaminya, yang kini punya empat istri dan memberi dia uang saku 20 sampai 30 dolar AS per bulan.
Nujood dipaksa ayahnya menikah pada umur 9 tahun demi mas kawin yang nilainya tidak lebih dari 750 dolar AS, setelah calon suaminya, Faez Ali Thamer, berjanji tidak akan bersenggama dengannya "sebelum dia mendapat haid pertama" seperti disyaratkan hukum Yaman.
Namun, yang terjadi adalah pelecehan seksual dan fisik sejak malam pernikahan sehingga dua bulan kemudian Nujood nekat kabur dan mengajukan perceraian ke pengadilan atas nama kekerasan rumah tangga.
Kasus itu baru pertama kali terjadi di Yaman dan menarik perhatian banyak petugas keamanan pengadilan yang menggambarkan persidangan itu sebagai "pemandangan penuh massa".
Ayah dan suami Nujood sempat ditahan selama sidang berlangsung karena berbohong kepada pengadilan tentang usia Nujood.
Kisah tentang Nujood ditulis oleh ghost writer Delphine Minoui dan diterbitkan di Prancis. Buku itu telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan dijual di 35 negara.
Penerbit Michel Lafon setuju untuk memberikan uang 1000 dolar AS per bulan kepada ayah Nujood, Ali Mohammed al-Ahdel, untuk membesarkan Nujood hingga berusia 18 tahun.
Penerbit juga membelikan sebuah rumah besar untuk keluarganya di Sana'a dan menyiapkan dana untuk langsung membayar biaya pendidikannya.
Namun, Nujood mengatakan dia dipaksa keluar dari rumah dan belum pernah menerima sepeserpun uang yang diberikan kepada sang ayah. Dia berkata, ayahnya telah menyewakan lantai pertama rumah itu pada keluarga lain, dan memindahkan istri barunya ke lantai dua.
"Saya dipaksa pergi dan harus tinggal di rumah kakakku yang penuh sesak."
Sang adik, Haifa Ali, mendengarkan kisah Nujood di sudut ruangan. Haifa Ali baru-baru ini ditunangkan dengan seorang pria yang tidak dikenalnya.
"Saya tidak mau menikah," kata Haifa.
"Saya sangat takut karena uang (mahar) sudah dibayar dan saya ingin meneruskan sekolah."
Kalimat Haifa dipotong oleh Nujood, "Saya tidak akan membiarkan itu terjadi padanya," kata dia.
"Saya akan berbicara pada sebanyak mungkin jurnalis dan pengacara tentang ini. Ini ilegal."
Sang ayah menolak berbicara pada Guardian, namun penerbit buku itu mengatakan mereka sedang berusaha memperbaiki situasi.
"Kami tidak bisa memberikan langsung uang pada Nujood karena terkendala hukum Yaman dan kadang sulit sekali mengetahui apa yang terjadi dari Prancis," kata Margaux Mersie dari Michel Lafon.
Nujood masih berharap bisa sekolah di Inggris dan menjadi pengacara. "Dibandingkan dengan impian, kenyataan bisa jadi kejam. Tapi kenyataan juga bisa datang dengan kejutan-kejutan indah," katanya.
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013