Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menerapkan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan pesisir dari Jepang yang disebut Sato Umi di empat kabupaten.

"Konsep ini bukan hanya menggunakan pendekatan teknologi, tetapi juga dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan," kata Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT, Nenie Yustiningsih, pada International Workshop Sato Umi-Gempita SPL-Gapura di Jakarta, Rabu.

Konsep itu sudah berhasil diterapkan di Jepang, Filipina dan Guatermala itu diharapkan bisa memperbaiki daerah pesisir yang rusak akibat eksploitasi di Karawang (Jawa Barat), Bantaeng (Sulawesi Selatan), Anambas (Kepulauan Riau) dan Tanah Bumbu (Kalimantan Selatan).

Kepala Bidang Pengkajian Teknologi Produksi Perikanan dan Peternakan BPPT, Prof. Suhendar I Sachoemar, mengatakan, konsep yang diperkenalkan oleh Prof Tetsuo Yanagi itu mencakup Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) berbasis sistem bioresirkulasi untuk lahan tambak terbengkalai.

"Teknologi IMTA ini meminimalkan limbah organik maupun anorganik berasal dari sisa pakan ikan dan kotoran hewan berupa nitrogen, fosfat, dan lainnya yang selama ini merusak lingkungan pesisir untuk dijadikan sebagai pupuk bagi algae, rumput laut, maupun bakau," katanya.

Dengan demikian, pengelolaan tambak yang sebelumnya berbasis monospecies diubah menjadi berbasis policulture, dimana satu tambak dimanfaatkan untuk udang, kerang, kepiting atau ikan serta pengembangan algae, rumput laut, dan bakau untuk menetralkan limbah.

Konsep itu sudah diuji di Kabupaten Karawang sejak 2011, dimana tambak digunakan untuk mengembangkan tiga ton per ha, ikan nila, juga rumput laut hingga 10 ton per ha, bahkan bakau yang buahnya bisa dijadikan minuman jus.

"Ini adalah pengelolaan ekosistem yang zero-waste yang mengelola limbahnya sendiri sehingga mampu memperbaiki kerusakan lingkungan di lokasi itu," katanya.

"Juga mengedepankan kearifan lokal, tergantung dari spesies yang hidup di daerah setempat, dan ditargetkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal," katanya.


Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013