Hal ini tampak dari aliran investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) China pada 2022 yang menurun signifikan dibandingkan 2022.
“Vietnam tetap menjadi tujuan utama FDI selama 2012-2022, tapi karena (Vietnam) mengalami kendala kapasitas, perekonomian lain di kawasan ini juga menikmati manfaat limpahan selama beberapa tahun terakhir,” katanya dalam Media Briefing daring, Selasa.
FDI antara lain tercatat beralih masuk ke Korea Selatan, Filipina, dan Malaysia secara signifikan, serta ke India baru-baru ini.
“Kami melihat India benar-benar menonjol dalam membangun ekosistem elektroniknya sendiri, dengan Apple memindahkan produksinya ke sana,” katanya.
Ia memandang aliran investasi juga akan masuk ke proyek-proyek yang berkaitan dengan upaya menurunkan emisi karbon di Asia dan ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang.
“Banyak negara di kawasan ini telah mencatat rekor arus masuk FDI ke sektor hijau sehingga hal itu tentunya akan menjadi tema investasi yang sangat kuat untuk tahun-tahun mendatang,” katanya.
Sebelumnya, selain dekarbonisasi, ia mengatakan deglobalisasi dan bonus demografi di Asia juga berpotensi menarik masuk lebih banyak peluang perdagangan dan investasi ke wilayah ini.
Hal ini ditopang oleh kebijakan pemerintah di beberapa negara Asia yang melakukan reformasi untuk meningkatkan kemudahan berbisnis, sehingga perpaduannya dapat mengerek naik pertumbuhan ekonomi Asia ke depan.
Baca juga: Kemenperin fasilitasi industri ICT nasional masuk rantai pasok global
Baca juga: MenKopUKM akselerasi UMKM ke rantai pasok industri lewat Inabuyer Expo
Baca juga: IPB buat sistem informasi kinerja rantai pasok kelapa sawit
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023