Klaten (ANTARA News) - Warga lereng Merapi di wilayah Klaten mulai kekurangan air bersih seiring meningkatnya hujan abu dari Gunung Merapi yang menyebabkan persediaan air mereka tercemar material vulkanik. Padahal, menurut Cipto Marsono (50), warga Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang di Klaten, Selasa, untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari warga tiga desa di lereng Merapi--Sidorejo, Tegalmulyo, dan Balerante--hanya mengandalkan penampungan air hujan. Kini penampungan air hujan mereka tercemar abu merapi sehingga warga setempat dengan cara patungan terpaksa membeli air yang harganya mencapai Rp75 ribu per tangki. Kekurangan persediaan air bersih tersebut, lanjut dia, juga berimbas pada pemeliharaan ternak sapi milik mereka, karena persediaan air tidak mencukupi untuk keperluan mencuci rumput pakan ternak. "Untuk sementara ini rumput itu tidak lagi dibersihkan dengan air, tetapi hanya dikibas-kibaskan agar debu dan abu yang melekat sedikit hilang," katanya. Ia juga menceritakan, sapi miliknya tetap tidak mau minum air yang terkena hujan abu itu meskipun telah diendapkan. Untuk sementara, sapi hanya diberi minum sekali dalam sehari yakni sebanyak satu ember. "Ini diambilkan dari persedian air bersih yang masih tersisa, sedangkan untuk tambahan pengganti air minum, peternak biasanya memberi daging pohon pisang," katanya. Hal senada juga disampaikan oleh Kromo Suwito (80) warga Deles, Sidorejo, Kemalang, Klaten. Ia mengatakan, sapi yang sering diberi makan rumput yang terkena debu menyebabkan berat badan ternak itu berkurang. Ia berharap agar turun hujan sehingga sedikit mengurangi bekas hujan abu yang menempel di rumput dan pepohonan lainnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006