Laporan tersebut, yang dikeluarkan oleh Dana Anak PBB (UNICEF), mengatakan di berbagai daerah tempat pertempuran paling sengit, akses ke air bersih telah merosot sampai dua-pertiga, sementara satu dari lima gedung sekolah telah hancur, rusak atau digunakan untuk menampung keluarga yang meninggalkan tempat tinggal mereka.
Anak-anak menderita trauma karena melihat anggota keluarga dan teman mereka tewas, sementara mereka ketakutan mendengar suara ledakan dan ajang konflik, kata laporan itu sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.
UNICEF menyatakan upaya bantuannya buat anak yang terpengaruh konflik di Suriah terancam akibat sangat kekurangan dana.
Pada Desember 2012, UNICEF mengajukan permohonan 195 juta dolar AS untuk upaya menyelamatkan nyawa bagi anak Suriah dan keluarga mereka. Setakat ini, kurang dari 20 persen permohohan tersebut dipenuhi, katanya.
Badan dunia tersebut memperingatkan tanpa dana tambahan, UNICEF akan segera perlu mengurangi upaya seperti penyediaan air bersih, vaksinai polio dan campak, perawatan untuk menyelamatkan bayi yang baru dilahirkan dan perawatan medis darurat.
Badan PBB yang berpusat di Jenewa itu menyatakan hampir separuh dari empat juga anak sangat memerlukan bantuan di dalam wilayah Suriah. Mereka berusia 18 tahun, dan 536.000 dari mereka adalah anak yang berusia di bawah lima tahun.
Sementara itu sebanyak 800.000 anak yang berusia di bawah 14 tahun telah menjadi pengungsi di dalam negeri mereka akibat konflik tersebut, sedangkan lebih dari setengah juta anak menjadi pengungsi di berbagai negara tetangga, katanya.
"Secara singkat, krisis ini mencapai tahap tak ada jalan kembalim dengan konsekuensi jangka panjang buat Suriah dan wilayah Timur Tengah secara keseluruhan, termasuk resiko hilangnya satu generasi anak-anak Suriah," kata UNICEF di dalam laporannya yang dikutip AFP.
(C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013