Manila (ANTARA News) - Pemerintah Filipina berharap Malaysia memegang janji untuk melindungi warga Filipina yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata antara aparat dengan kelompok bersenjata pengikut Sultan Sulu, Jamalul Kiram III.
Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Edwin Lacierda, mengingatkan jaminan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, yang disampaikan dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Filipina Benigno Aquino III saat diminta memastikan perlindungan terhadap sekitar 800.000 orang Filipina di Sabah.
Aquino menerima panggilan telepon dari Razak tak lama setelah bentrokan 1 Maret antara tentara pemerintah Malaysia dan pengikut Kiram.
"Jadi, itulah yang kita harapkan bahwa mereka (warga Filipina lainnya) tidak akan menjadi bagian (dari tindakan keras yang dilakukan terhadap) para pengikut Jamalul Kiram," kata Lacierda seperti dikutip Xinhua.
Ada laporan bahwa beberapa orang Filipina yang kembali dari Sabah telah mendapat perlakuan brutal dari otoritas Malaysia yang memburu pengikut Kiram.
Lacierda mengatakan, Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan telah memvalidasi dan mendokumentasikan laporan-laporan itu dengan mewawancarai mereka yang kembali ke Filipina selatan.
"Kami ingin pastikan dulu bahwa pemerintah kita sendiri akan dapat memvalidasi laporan ini. Kemudian, kami akan memberitahukan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan laporan-laporan yang diterima," katanya tentang rencana tindak lanjut pemerintah atas laporan-laporan tersebut.
Ketegangan di Sabah meletus ketika sekitar 180 pengikut Kiram, beberapa dari mereka bersenjata, berlayar ke Lahad Datu di Sabah dari provinsi selatan Tawi-Tawi pada 12 Februari untuk menegaskan klaim mereka atas negara bagian Malaysia yang kaya mineral dan minyak itu.
Setelah hampir tiga pekan kebuntuan, pertempuran terjadi antara pengikut Sultan Kiram dan pasukan Malaysia pada 1 Maret 2013.
Penerjemah : Askan Krisna
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013