Seoul (ANTARA News) - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, mengancam akan "melenyapkan" pulau kecil Korea Selatan (Korsel), meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
Dalam kunjungan ke kesatuan militer perbatasan pada Senin (11/3), Kim menyebut Pulau Baengnyeong, daerah perbatasan laut yang menjadi sengketa yang ada di bagian Korsel, sebagai sasaran utama bila terjadi konflik.
Menurut siaran kantor berita negara Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA), pada Selasa, Kim Jong-Un menyebut akan menjadikan pulau itu seperti "lautan api" saat memberikan taklimat singkat kepada pasukan artileri.
"Ia mengemukakan kepada komandan untuk memotret posisi-posisi musuh yang dilanda kebakaran dalam satu pertempuran dan mengirim foto-foto itu ke Komando Tertinggi," kata KCNA seperti dikutip AFP.
"Sekali perintah disampaikan, kalian harus mematahkan musuh, memutuskan semua pipa angin mereka dan menunjukkan kepada mereka seperti apa perang yang sebenarnya," kata Kim.
Dia mengatakan, target-target prioritas di pulau itu termasuk pos-pos radar, peluncur rudal anti-kapal Harpoon, stasiun-stasiun multi roket dan baterai-baterai howitzer.
Seorang pejabat pemerintah di Baengnyeong, Kim Young-Gu, mengatakan tempat-tempat perlindungan sipil di pulau itu telah disiapkan dan semua dewan desa siaga penuh.
"Tidak ada eksodus massa dari penduduk pulau itu ke daratan daratan. Tapi jujur, kami sedikit takut," kata Kim melalui sambungan telepon kepada AFP.
Laporan-laporan televisi menyatakan penduduk dari beberapa pulau perbatasan siaga pada malam hari.
Kim Jong-Un juga mengklarifikasi peraturan terhadap kapal-kapal angkatan laut yang melanggar perbatasan maritim yang diakui Pyongyang, yang tidak mengakui perbatasan yang ditetapkan PBB setelah Perang Korea tahun 1950-1953.
Satuan-satuan artileri harus melepaskan tembakan peringatan ke kapal-kapal musuh yang berlayar dekat perbatasan dan menghancurkannya jika melintas, kata Kim yang dikutip KCNA.
Perbatasan laut yang disengketakan di pantai barat itu adalah lokasi bentrokan kapal angkatan laut antara kedua negara pada tahun 1999, 2002 dan 2009.
Penerjemah : Rafaat Nurdin
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013