Baghdad (ANTARA News) - Kelompok terdepan Al Qaida, Negara Islam Irak, mengaku menyerang iring-iringan di Irak barat, yang menewaskan 48 tentara Suriah dan sembilan penjaga asal Irak, dalam pernyataan di forum jihad pada Senin.
Tentara itu, yang terluka dan mendapat perawatan di Irak, diangkut melalui provinsi barat Anbar dalam perjalanan kembali ke Suriah ketika serangan itu terjadi pada 4 Maret, kata kementerian pertahanan Irak.
Namun kementerian itu menyalahkan serangan itu pada kelompok "teroris yang menyusup ke wilayah Irak yang berasal dari Suriah."
Pernyataan di forum jihad itu mengatakan bahwa para pejuang Negara Islam Irak mampu menghancurkan "tentara Safawi terkait dengan
kendaraan yang membawa anggota tentara Nusairi dan rezim Suriah `shabiha.`"
Safawi adalah kata yang menyiratkan Syiah berada di bawah kendali Iran, sementara Nusairi adalah istilah untuk merendahkan Alawi, sekte di mana Presiden Suriah Bashar berasal, dan shabiha adalah nama yang digunakan untuk pasukan milisi Suriah pro-rezim.
Baghdad telah secara konsisten menghindari bergabung dengan seruan-seruan yang mendesak Assad mundur, terhadap siapa para pemberontak berjuang, dan mengatakan bahwa pihaknya menentang mempersenjatai kedua pihak serta mendesak segera mengakhiri kekerasan yang telah melanda Suriah selama dua tahun, dan menewaskan setidaknya 70.000 orang.
Tetapi serangan mematikan di wilayahnya mengancam untuk melibatkan Irak dalam konflik Suriah.
Baghdad terjebak antara tekanan-tekanan konflik atas Suriah - tetangga timurnya yang kuat, Syiah Iran, mendukung rezim Assad, sementara Amerika Serikat dan negara-negara Arab banyak yang ingin agar presiden Suriah tunduk pada tuntutan oposisi dan mundur.
Namun demikian, serangan 4 Maret bukan konflik pertama kali yang menyeberangi perbatasan ke Irak.
Tembakan dari Suriah menewaskan seorang tentara Irak di utara negara itu pada 2 Maret dan seorang gadis belia di Irak barat pada September.
Para pejabat Amerika Serikat juga berulang kali meminta Irak untuk menghentikan pemberian izin penerbangan pesawat-pesawat Iran yang Washington katakan digunakan untuk mengangkut senjata-senjata kepada pasukan Bashar.
Pada 3 Maret, Dewan Nasional Suriah, kelompok oposisi utama, menduga bahwa Irak "memberikan dukungan politik dan intelijen kepada rezim Suriah."
Dan seperti negara-negara lain yang berbatasan dengan Suriah, Irak telah melihat membanjirnya pengungsi yang melarikan diri dari konflik - lebih dari 109.000 orang, menurut PBB, yang sebagian besar berada di Irak utara dan barat, demikian AFP melaporkan.
(SYS/H-AK)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013