Jakarta (ANTARA) - Pergelaran drama musikal bertajuk "Ande-Ande Lumutan" yang diadaptasi dari cerita legenda masyarakat Jawa Timur, Ande-Ande Lumut, menyuguhkan penampilan yang kental akan budaya tradisional Jawa, namun tetap menghadirkan unsur kekinian.

Dengan latar waktu sebelum era Kerajaan Majapahit, dikisahkan di Kerajaan Jenggala yang dipimpin oleh Lembu Amiluhur, memiliki seorang putra bernama Raden Putra.

Raden Putra yang awalnya akan dijadikan penerus trah Kerajaan Jenggala, dengan gelar Pangeran Adipati Anom, menolak tahta kerajaan dan memilih untuk mengembara karena mendapat pesan dari sosok Bhatara Narada untuk pergi ke barat, demi menyempurnakan jati diri.

Pertunjukan drama musikal itu dibuka dengan nyanyian yang dipersembahkan oleh anak-anak, diiringi oleh lantunan musik orkestra nan memanjakan telinga oleh grup Orkestra 73.

Selain lagu sambutan untuk para penonton yang siap menikmati pentas drama musikal "Ande-Ande Lumutan", anak-anak juga mempersembahkan tarian dengan koreografi yang kompak dan penuh semangat.

Setelah dibuka oleh tarian dan nyanyian yang dibawakan anak-anak Dilts Foundation, adegan dimulai dengan menceritakan istri Adipati Anom, Dewi Candrakirana (diperankan oleh Rini Mentari), yang hendak pergi dari kerajaan untuk mencari sang suami. Sebelum pergi, Candrakirana mengucapkan perpisahan dengan kedua pelayannya dan menitipkan tugas sebagai ratu kepada mereka.

Adegan kemudian berpindah memperlihatkan Adipati Anom (diperankan oleh Fauzi Saputra) bersama dua pengawal setianya, yaitu Cemblung (diperankan oleh Edwin Super Bejo) dan Gempol (diperankan oleh Jody Super Bejo) yang sedang mengembara, tengah mencari makan di tengah hutan.

Pagelaran drama musikal "Ande-Ande Lumutan" mengisahkan seorang pangeran bernama Adipati Anom yang mengembara bersama dua pengawal setianya dengan tujuan mencapai kesempurnaan jati diri. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Mereka yang tengah mencari makan akhirnya sampai di Desa Dadapan. Di sana tinggal seorang wanita paruh baya sebatang kara bernama Mbok Rondo (diperankan Renny Djajoesman). Di tengah perjalanan menyusuri Desa Dadapan, Adipati Anom beserta dua pengawalnya kemudian bertemu dengan Mbok Rondo.

Menyamar sebagai orang biasa bernama Ande-Ande Lumut, Adipati Anom meminta untuk diberikan makan dan tempat tinggal oleh Mbok Rondo. Mbok Rondo memberikan syarat, yaitu membantu mengurusi pekerjaan rumahnya, dan Adipati Anom menyetujuinya. Akhirnya Adipati Anom beserta kedua pengawalnya tinggal di rumah Mbok Rondo.

Di lain tempat, Dewi Candrakirana tiba di sebuah padepokan milik Nyi Menak, seorang perempuan dermawan yang memiliki jiwa keibuan. Nyi Menak memiliki empat orang anak angkat, yaitu Kleting Biru, Kleting Merah, Kleting Ungu, dan Kleting Pink.

Melihat Dewi Candrakirana mengembara seorang diri membuat Nyi Menak memberikannya tempat tinggal dan diangkat menjadi anak angkat dengan nama Kleting Kuning.

Sebuah kabar mengenai sayembara pencarian jodoh seorang pria tampan dari Desa Dadapan sampai ke telinga Nyi Menak dan anak-anaknya. Semua anak Nyi Menak, termasuk Kleting Kuning, bersemangat untuk mengikuti sayembara tersebut karena dia yakin bahwa pria yang sedang mencari jodoh tersebut adalah sang suami yang dicarinya selama ini, Adipati Anom.

Selain penampilan musik dan nyanyian yang memanjakan telinga, drama musikal "Ande-Ande Lumutan" juga menampilkan tarian dengan koreografi yang apik. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Ternyata benar saja sosok lelaki yang ingin dijodohkan itu adalah Adipati Anom yang telah diangkat menjadi anak oleh Mbok Rondo. Mbok Rondo yang ingin segera memiliki menantu dan cucu mengatakan akan memilihkan jodoh untuk anaknya itu. Mendengar hal tersebut Adipati Anom sempat dilanda rasa keraguan karena dirinya sudah beristri.

Sementara itu, Kleting Kuning menghadapi berbagai rintangan menuju tempat sayembara termasuk menghadapi makhluk jahat penunggu sungai bernama Yuyu Kangkang (diperankan oleh Boyan). Berbekal mustika tusuk konde yang dimilikinya, Kleting Kuning dapat melawan Yuyu Kangkang.

Setelah menghadapi Yuyu Kangkang, perjalanan Kleting Kuning semakin dekat menuju takdir pertemuan cinta antara dirinya dengan Adipati Anom.

Pergelaran drama musikal "Ande-Ande Lumutan" menyuguhkan perpaduan musik orkestra dengan musik gamelan lengkap beserta suara merdu dari sinden yang dihadirkan oleh Karawitan Cakra Byuha.

Vokal indah Rini Mentari dan Fauzi Saputra diiringi oleh lantunan orkestra dan gamelan nan apik seakan menghipnosis para penonton, membuat mereka terbawa dalam suasana emosional dari alur cerita yang ditampilkan dalam suatu adegan.

Duet vokal Rini Mentari (sebagai Dewi Candrakirana) dan Fauzi Saputra (sebagai Adipati Anom) membuat penonton semakin terbawa oleh suasana emosional yang sedang dibangun dalam sebuah adegan. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Kisah legenda Ande-Ande Lumut dihadirkan dengan unsur-unsur kekinian, mulai dari humor hingga musik dan tarian yang menonjolkan ciri khas anak muda, agar tetap menarik dan nyambung bagi penonton gen Z atau generasi milenial, namun tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal dan kekentalan unsur budaya tradisionalnya.

Drama teater tersebut juga dibumbui oleh tingkah jenaka serta guyonan sejumlah pemeran komedian senior, antara lain Aming, Denny Chandra, dan Edwin & Jody Super Bejo yang sukses mengundang gelak tawa penonton selama pertunjukan.

"Ande-Ande Lumutan" menonjolkan nilai-nilai kesetiaan, komitmen, kepedulian, kekuatan, dan persatuan. Di samping itu, pesan yang berkaitan tentang pemberdayaan perempuan juga ingin disampaikan oleh pertunjukan tersebut.

Unsur feminisme dalam drama tersebut ditunjukkan oleh jalan cerita yang tidak hanya berfokus kepada karakter Adipati Anom atau Ande-Ande Lumut, tetapi juga banyak menyoroti kisah perjalanan serta peran Dewi Candrakirana dalam mewujudkan pertemuan antarkeduanya.

Dalam sebuah adegan juga diperlihatkan bagaimana sekelompok perempuan berusaha berjuang melawan kelompok preman yang beranggotakan para laki-laki yang tengah menindas dan mencoba untuk membuat mereka tunduk.

Namun banyaknya adegan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap cerita membuat progres alur terasa berjalan lambat. Selain itu, hal tersebut juga membuat benang merah cerita belum terlihat hingga menyentuh bagian pertengahan sampai akhir cerita.

Meskipun begitu, alur lambat yang ditampilkan tidak terasa membosankan karena penampilan tarian dan nyanyian apik serta selingan komedi dari para pemainnya tetap dapat dinikmati dan menjadi hiburan tersendiri bagi para penonton.

Kehadiran komedian senior seperti Aming dengan tingkah jenakanya dapat mengundang gelak tawa penonton drama musikal "Ande-Ande Lumutan". (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Disutradarai oleh Fabian Riza serta ditulis oleh Benny Beng Beng dan Wahyu Dilts, drama teater musikal "Ande-Ande Lumutan" merupakan pertunjukan amal yang dipersembahkan oleh Dilts Foundation.

Lembaga itu merupakan sebuah yayasan yang menaungi anak-anak dari keluarga prasejahtera dengan gizi buruk, sakit, putus sekolah, serta anak-anak yang terpaksa harus mengais rezeki di jalanan kota-kota besar.

Anak-anak yang dinaungi oleh yayasan itu banyak berpartisipasi dalam pagelaran "Ande-Ande Lumutan". Meskipun baru pertama kali tampil di teater, namun mereka dapat menunjukkan penampilan terbaik dengan penuh semangat berkat latihan yang telah berjalan selama lima bulan.

Selain itu, drama musikal juga diramaikan oleh penampilan dari sanggar tari Gemah Wien Production, para pemain wayang orang dari Barata, dan sederet bintang panggung kenamaan antara lain Denny Chandra, Aming, Edwin - Jody Super Bejo, Renny Djajoesman, Rini Mentari, Fauzi Saputra, dan lainnya.

Pergelaran "Ande-Ande Lumutan" diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2023 dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023