teknologi tidak akan bisa menggantikan rasa dan pikiran kita, untuk itulah sastra ada

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti mengatakan bahwa pemerintah tidak akan bisa menghidupkan sastra sendirian tanpa kolaborasi dengan komunitas.

"Prinsip Kemendikbudristek yang selalu dipegang teguh itu gotong royong, kolaborasi, dan kerja sama, jadi pemerintah tidak mungkin berhasil membina sastra, tanpa komunitas-komunitas yang menghidupkannya," kata Suharti pada acara Malam Sastra yang diselenggarakan di kantor Badan Bahasa Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (8/7).

Ia menegaskan bahwa Kemendikbudristek tidak ingin malam sastra dilakukan tiap tahun tanpa ada bukti nyata, dan Badan Bahasa melalui komunitas-komunitas yang dibina selama ini telah banyak menghasilkan produk sastra yang berkualitas.

"Kurikulum merdeka belajar itu salah satu tujuannya pembelajaran berbasis proyek, dan kegiatan Badan Bahasa selalu menghasilkan proyek, ada musikalisasi puisi, revitalisasi bahasa daerah, penulisan bahan bacaan, revitalisasi dan konservasi sastra lisan, yang selalu berujung pada sastra," katanya.

​​​​​​Baca juga: Badan Bahasa gelar Malam Sastra beri penghargaan kepada komunitas
Baca juga: Perhatian pemerintah NTB terhadap sastra masih minim

Di momen Malam Sastra ini, Badan Bahasa Kemendikbudristek memberikan bantuan dana kepada 11 komunitas sastra dan 1 perseorangan secara langsung dengan total dana lebih dari Rp1 milyar.

"Bantuan ini silakan dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan digunakan untuk kegiatan apa pun yang menghidupkan sastra," ucap dia.

Suharti menuturkan, di era teknologi yang berkembang sangat pesat, banyak yang bisa dimanfaatkan oleh komunitas sastra, termasuk mengakses segala informasi yang dilakukan oleh Badan Bahasa melalui berbagai platform.

Menurutnya, secanggih apa pun kecerdasan buatan, tidak akan bisa menggantikan pemikiran yang dimiliki para sastrawan.

"Teknologi saat ini memang sudah bisa membuat kalimat-kalimat indah, chatGPT misalnya yang sudah bisa membuat kata berirama, tetapi teknologi tidak akan bisa menggantikan rasa dan pikiran kita, untuk itulah sastra ada," tuturnya.

Ia berharap, melalui acara dan ruang-ruang diskusi seperti ini, bisa ada regenerasi dan lahir sastrawan-sastrawan muda baru

Suharti pada kesempatan ini juga mengajak para pemuda untuk merenungi masa depan dunia lewat puisinya yang berjudul "Dunia yang Kita Punya".

"Dunia yang ingin saya punya, dunia di mana saya bisa tersenyum kepada siapa saja, tanpa takut dianggap gila," kata Suharti dalam sepenggal sajaknya.

Baca juga: Komunitas Salihara kembali selenggarakan Festival Sastra dan Gagasan
Baca juga: Komunitas seni dorong kebangkitan sastra Indonesia
Baca juga: Komunitas Sastra Indonesia Baca Puisi Bersama Menteri

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023