Ada kesan pembiaran dan kejadian tersebut memalukan...
Semarang (ANTARA News) - Anggota Komisi I (Bidang Pertahanan dan Intelijen) DPR RI Tjahjo Kumolo menyatakan penyelesaian konflik TNI dan Polri harus tuntas, terbuka, dan jangan hanya bersifat seremoni agar tidak terulang kembali kasus serupa di kemudian hari.
"Kasus-kasus konflik terbuka antara oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan oknum Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang selama ini terjadi menurut pemahaman saya tidak pernah dituntaskan permasalahannya dengan baik dan terbuka," katanya kepada Antara di Semarang, Minggu.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengemukakan hal itu dengan harapan kasus perusakan dan pembakaran Markas Polres Ogan Komering Ulu di Baturaja pada tanggal 7 Maret 2013 oleh sekelompok oknum Batalion Armed Kodam II Sriwijaya tidak berpotensi konflik di antara kedua institusi tersebut ke depannya.
Selama ini, menurut dia, pimpinan TNI dan Polri di semua tingkatan dalam penyelesaian konflik di antara kedua lembaga tersebut tidak pernah tuntas. Terkesan hanya seremonial saja, seperti bersalaman atau berpelukan dan foto-foto dengan mengundang pers, lalu mereka anggap selesai, sehingga potensi konflik ini masih saja terjadi.
"Kedua institusi itu harusnya mempunyai tingkat disiplin yang tinggi dibanding kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Tetapi pada kenyataannya justru menampilkan sosok-sosok yang mudah tersinggung dan melupakan doktrin korps dan disiplin sebagai prajurit TNI dan Polri," kata Tjahjo yang menganggap pimpinan institusi yang berkonflik ikut bertanggung jawab.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu mendesak Komisi I DPR RI dan instansi-instansi independen menurunkan tim pencari fakta di lapangan segera agar masalahnya tuntas dan ke depan tidak terjadi lagi. Menurut dia, masalah tersebut sudah terkait dengan pidana dan harus diproses sesuai Undang Undang.
Menyinggung masih terjadinya konflik di antara kedua institusi itu, dan belakangan ini kejadian di Markas Polres Ogan Komering Ulu pada 7 Maret lalu, menurut Tjahjo, hal itu terjadi karena tidak adanya "deteksi dini" dari aparat intelijen kedua institusi tersebut dan tidak ada koordinasi yang baik antaraparat intelijen, khususnya intelijen Polri dan TNI yang mempunyai jaringan solid.
"Kalau hal tersebut terdeteksi dini, harusnya kejadian di Gorontalo dan Sumatera Selatan serta di beberapa daerah baru-baru ini tidak akan terjadi. Ada kesan pembiaran dan kejadian tersebut memalukan memang," demikian anggota Komisi I DPR RI Tjahjo Kumolo.
Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013