... tidak mempengaruhi orang Islam lain untuk ikut al-Idrisiyyah... "Mataram, 9/3 (Antara) - Al-Idrisiyyah sebagai salah satu ajaran dan gerakan keagamaan di NTB mengklarifikasi berbagai tudingan pihak tertentu yang menyatakan ada penyimpangan ajaran agama.
"Kami perlu klarifikasi agar tidak disalahartikan oleh pihak tertentu," kata Ardiman, fasilitator al-Idrisiyyah NTB, kepada wartawan di Mataram, Sabtu.
Klarifikasi itu setelah ada pemberitaan media massa NTB yang menyebut sejumlah pengurus pondok pesantren di Pulau Lombok, telah mendatangi Sekretariat Majelis Ulama Indonesia NTB di Mataram, guna mempertanyakan keberadaan aliran agama itu.
Saat mengklarifikasi hal tersebut, fasilitator al-Idrisiyyah itu juga menghadirkan dua orang pengurus pondok pesantren. Salah seorang pengurus pondok pesantren itu yakni H Mukkaram, ikut dalam rombongan yang mendatangi Sekretariat MUI NTB, pada 3 Maret 2013.
Dalam mengklarifikasi berbagai tudingan itu, Ardiman mempedomani materi klarifikasi serupa yang dibuat sesepuh al-Idrisiyyah, Syekh Muhammad Fathurahman, di Tasikmalaya, Jawa Barat, 26 November 2012.
Materi klarifikasi itu itu berkait konsep mahabbah wa taslim atau konsep tasawuf yang tentunya tidak boleh bertentangan dengan fiqih, dipahami pengikut aliran al-Idrisiyyah.
"Konsep mahabbah wa taslim yang kami yakini bersumber dari Al Quran dan As Sunnah serta diformulasikan ulama-ulama sufi besar. Kami juga tidak mempengaruhi orang Islam lain untuk ikut al-Idrisiyyah," ujar Ardiman.
Materi klarifikasi lainnya menyangkut tudingan adab murid terhadap guru, tiga kalimat syahadat, khalifah rasul, pengangkatan mursyid, dan tuduhan menikahi mertua, yang semuanya dibantah.
Sementara itu, H Mukkarram selaku pengurus Pondok Pesantren Darrusalam di Kabupaten Lombok Tengah, mengaku ikut ke Sekretariat MUI NTB, namun bukan bermaksud mempersoalkan aliran Al-Idrisiyyah.
"Saya ke MUI NTB itu untuk mengantar majalah tentang Al-Idrisiyyah untuk diketahui MUI. Saya juga ke sana bukan atas nama Pondok Pesantren Darusalam, itu pribadi saya sebagai orang Islam dalam menyikapi aliran agama," ujarnya.
al-Idrisiyyah sudah ada di Indonesia sejak 1932 yang dibawa oleh Syekh Abdul Fattah dari Mekkah (Jabal Abu Qubais) dan telah diinformasikan secara gamblang kepada publik, termasuk di Pulau Lombok, NTB.
"Aliran ini tidak ada bedanya dengan aliran tarekat Naq Syahbandiyah yang sudah lama ada di daerah ini (NTB)," ujar Jagat yang mengaku juga menjadi bagian dari Masyarakat Adat Sasak (MAS), yang berkecimpung di seksi tradisi dan ritual. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013