Percaya diri saja, be confident. Berani untuk keluar dari comfort zone
Dikerjakan sejak 2019, perjalanan pembuatan SATRIA-1 saja sudah melewati beberapa momen penting secara global dan tantangan terbesar tentu saja di tengah pandemi COVID-19.
Mengingat pembuatan SATRIA-1 dikerjakan lintas negara, hambatan dalam berkomunikasi untuk diskusi dan merealisasikan rancangan sebagai bentuk fisik satelit menjadi salah satu faktor yang sangat berperan penting.
Sebagai Insinyur Sistem Satelit di PSN, Nia telah memiliki bekal dengan banyak ilmu penting tentang satelit untuk setiap komponennya.
Beberapa komponen penting mulai dari sistem tenaga penggerak (propulsion system), sistem komunikasi, hingga sistem suhu (thermal) semuanya harus Nia kuasai secara umum.
Hal itu menjadi kunci baginya sebagai jembatan untuk perwakilan Indonesia dan pihak ketiga lainnya dalam merealisasikan SATRIA-1 dengan tepat, sesuai dengan rancangan yang ditetapkan.
"Dalam mengambil keputusan untuk proyek manufacturing satelit itu, memang harus sangat hati-hati. Karena satelit setelah diluncurkan tidak akan bisa diperbaiki kembali. Jadi banyak keputusan yang diambil secara detail," ujarnya.
Baca juga: PSN: Satelit Satria akan ciptakan pemerataan akses internet
Di temani dengan lagu penyemangatnya "Heated" dan "Cuff It" karya penyayi populer Beyonce, Nia dengan tekun menjalani tanggung jawabnya mengorganisir pembuatan fisik SATRIA-1.
Ketika satelit telah terbangun utuh dalam bentuk fisik, tugasnya tak berhenti sampai di situ karena ia justru harus semakin waspada dan siaga untuk proses uji coba memastikan infrastruktur telekomunikasi itu telah berfungsi dengan optimal sebelum diluncurkan.
Salah satu uji coba yang memakan waktu ialah uji coba sistem thermal, pengujian ini diperlukan untuk menyiapkan satelit bisa tetap beroperasi di luar angkasa dengan kondisi suhu ekstrem, baik di suhu dingin maupun panas.
Berbeda dengan orang yang bervakansi di momen akhir tahun 2022, Nia dan timnya harus berjaga 24/7 menantikan uji coba tersebut hingga mendapatkan hasil yang memuaskan.
"Kita itu 24 jam harus stand by, kadang harus teleconference jam 10 malam, dan kita harus reaktif untuk itu. Tim dari Thales (manufaktur SATRIA-1) juga 24 jam di situ, proses ini sangat mendebarkan karena kalau ada masalah akan terlihat di uji coba ini," ujar Nia.
Bersyukur perjuangannya itu berbuah manis hingga akhirnya kini SATRIA-1 telah menuju orbitnya di luar angkasa, dan tugas Nia saat ini tinggal menantikan satelit berlabuh dan menunaikan fungsinya memancarkan jaringan internet untuk menjangkau pelosok-pelosok Indonesia dan memberikan kesetaraan akses digital.
Masa lalu, masa kini, dan masa depan
Untuk berada di jalur kariernya sebagai Insinyur Sistem Satelit di tempatnya bekerja sekarang, Nia mengaku jalannya menempuh pendidikan terbilang mulus.
Bermula dari ketertarikannya pada fenomena alam di bangku sekolah dasar, berlanjut membawanya untuk mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam yang menimbulkan kecintaannya pada matematika dan fisika di bangku sekolah menengah atas.
Baca juga: PSN pastikan infrastruktur beroperasi jelang peluncuran Satelit Satria
Baca juga: Kominfo: Satelit Satria perkuat ekonomi digital termasuk pembayaran
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023